🥀 || ❶⓿

73 65 27
                                    

HAPPY READING 📌🥀
BANYAK TYPO HARAP MAKLUMI ✔️🤗
****

Inggit memasukkan adonan kuenya kedalam sebuah loyang berbentuk persegi panjang.Setelah beberapa hari lalu ia sempat tak berjualan,kali ini dia akan mulai untuk berjualan lagi.Lututnya yang kemarin sempat memar,kini sudah mulai mengering.Dan bisa berjalan sedikit tidak pincang.Dia sangat bersyukur mengenai hal itu.Karena ia bisa membantu ibunya lagi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Kamu mau jualan hari ini?"Tanya Asih,ibu Inggit.Ia berjalan tertatih mendekat kearah anaknya.
Jalannya pun tidak seperti biasanya yang keras,kini tubuhnya melemah karna sebuah penyakit yang dideritanya selama ini.Inggit pun baru mengetahui jika Asih mempunyai penyakit ketika dia mengantar ibunya kerumah sakit karena sempat pingsan dirumah dengan wajah sangat pucat.

" Ibu didalam kamar aja ya,kan ibu belum pulih"Kata Inggit .Ia lalu meletakkan loyang yang berisi adonan kue dan membantu ibunya untuk duduk dikursi meja makan yang ukurannya tidak terlalu besar.

Asih sangat beruntung sekali mempunyai anak seperti Inggit.Mau merawatnya disaat dia sedang sakit.Bahkan mau menjadi tulang punggung untuk keluarga kecilnya.

"Ibu udah sedikit pulih kok"Kata Asih lirih sambil menyangga tubuhnya sendiri agar tidak terjatuh kelantai.

Inggit menatap mata ibunya.Ia sudah tau betul dari nada bicara ibunya.Ibunya belum pulih,belum sembuh total.Akan tetapi mengapa ibunya berpura-pura menutupi rasa sakitnya?

" Yaudah Inggit buatin sarapan dulu ya.Mau makan apa hari ini bu?"Tanya Inggit menatap ibunya hangat.

Asih juga membalas senyuman itu dengan sangat manis.Namun,senyumnya itu tak semanis waktu sehat bugar seperti sedia kala.Senyuman itu adalah senyum untuk menutupi rasa sakit yang dideritanya.

"Ibu mau teh anget aja"Kata Asih lirih.

" Mau sarapan apa kali ini bu?"Tanya Inggit.

"Ibu mau dibuatin teh anget aja"

" Ngga bisa gitu bu,ada makan harus ada minum.Ada minum juga harus ada makan.Kayak melengkapi gitu lo bu" Inggit tersenyum sangat manis.Bahkan mengingatkan Asih pada seseorang di beberapa tahun yang lalu.

"Anak ibu roman-romannya kaya lagi jatuh cinta nih ya?"goda Asih sambil menoel pipi Inggit.

Kenapa ibu bisa tau?batin Cindo bertanya heran.

Bahkan pertanyaan ibunya itu mampu membuat kedua pipinya bersemu merah merona bah kepiting rebus.

" Bener kan omongan ibu?"Tebak Asih memincingkan sebelah matanya.

Inggit menunjukkan senyum yang sangat malu-malu.

"Ya sudah jangan dipikir pertanyaan ibu nak"Kata Asih paham betul tentang fikiran yang dipikirkan anaknya.

" Hehe iya bu"Cengir Inggit.

"Aku buatin telur goreng aja gimana?" Tawar Inggit pada ibunya.

Asih tampak berfikir sejenak.Perlahan ia mengangguk pelan,"boleh "jawabnya pelan.

Dengan sangat cepat Inggit langsung bergerak mengambil telur yang ada di lemari.Tangannya yang sangat cekat langsung memecah telur yang ada ditangannya.Mengaduknya hingga rata.

Ia lalu mengambil wajan yang kecil,menghidupkan kompor lalu menuangakn sedikit minyak.Setelah di rasa cukup panas,Inggit langsung menuangkan telur tadi diatas wajan.

Asih hanya duduk sambil melihat anak gadisnya yang yang sangat semangat dan bahagia karena membuatkan makan untuknya.Hatinya merasa sangatlah senang karena masih bisa melihat Inggit tersenyum.

SEPOTONG HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang