005

266 27 0
                                    

¡Hola!
I'm back!
Btw, call me Ze😉
Happy Reading🙌

•••
Austin Saverio Marquez
Point of View
•••

Hospital Universitari Dexeus, Barcelona—Spain.

Mataku yang tertutupi kacamata hitam menyapu setiap sudut rumah sakit yang sudah kukenal betul seluk-beluknya. Pandanganku datar menyusuri lobi rumah sakit yang tidak pernah sepi pengunjung meski suasana tidak seperti suasana di luar. Sunyi dan senyap meski banyak orang berlalu-lalang.

Beberapa orang yang mengenalku tersenyum ramah. Begitu juga aku yang menerima sapaan mereka. Aku tanpa seorang di sampingku naik ke lantai empat mencari ruang VIP yang ditempati orang yang akan aku temui.

Begitu aku membuka pintu, laki-laki itu menoleh ke arahku. Tersenyum menyebalkan dengan aku yang membalasnya dengan tatapan tajam. Sementara salah satu tangannya dengan gegas menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya hingga dada.

"Bagaimana keadaanmu?" tanyaku begitu sampai di samping ranjangnya. Wajahnya tampak lesu karena menahan rasa sakit di kakinya pasca operasi.

"Masih sakit. Aku belum bisa berjalan," jawabnya dengan sedikit meringis. Namun matanya sangat kontras, ada gurat mengejek yang kentara.

Aku menatap kakinya yang dibalut gips. Meneliti sebentar kapan kiranya kakinya bisa kembali normal.

Fredico Carl Andrews. Laki-laki dengan sedikit jambang di pipinya itu adalah teman sekaligus asistenku. Tepat sehari sebelum Alessia datang, Fredico menemaniku bermain motocross untuk mempersiapkan Grand Prix Qatar satu pekan lagi. Namun, sialnya ia justru jatuh dan membuat kaki kanannya patah.

"Jangan merasa bersalah seperti itu, Márquez! Pergilah tanpa aku!" katanya penuh percaya diri.

Lantas aku berdecih pelan menanggapi ucapannya yang menurutku tidak benar. "Aku tidak merasa bersalah. Hanya saja aku membutuhkanmu." Aku membuang muka dengan melipat kedua tangan di depan dada.

Fredico tertawa pelan. Aku menatapnya datar karena bagiku tidak ada yang lucu di sini. Dia memang selalu aneh jika dalam kondisi yang tenang. "Kau membutuhkanku karena aku ini jimat keberuntunganmu, 'kan?" ocehnya.


"Jimat apa?" Keningku mengerut dalam akan ucapannya yang tidak masuk akal. C'mon! Dia dengan payahnya masih mempercayai hal semacam itu.

"Setiap aku ada bersamamu, kau selalu menang. Sementara jika aku tidak datang kau jatuh. Sangat lucu, bukan?" Laki-laki itu kembali tertawa. Aku tidak menanggapi dan malah berjalan menuju sofa di samping ranjangnya. Masa bodoh dengan kata-katanya yang tidak masuk akal itu. "Kenapa kau tidak mencari asisten saja? Ada banyak orang yang menginginkan posisiku."

"Itu terlalu berbahaya," jawabku setelah mengecek beberapa notifikasi di ponsel mahalku sekilas.

Berbahaya. Jika semua orang hanya mengira aku adalah Austin Saverio Márquez seorang pembalap MotoGP pemilik sembilan gelar juara dunia, maka mereka salah. Dibalik berlangsungnya setiap kehidupan maka selalu ada orang yang bermain di belakangnya.

Aeolus. Sebuah geng yang berdiri sejak tahun 1968 di bawah pimpinan Leonardo Márquez—seorang tetua yang merupakan kakekku. Ia adalah pemimpin pertama yang mendirikan Aeolus. Menguasai berbagai bidang dalam kegiatan dunia malam yang amat gelap pada zamannya. Perdagangan senjata, penyelundupan narkoba, mengendalikan banyak perusahaan dari bawah kakinya. Politik, militer, hingga ekonomi hampir semua negara yang ada di dunia.

Close to YOU | MM93 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang