019

184 23 0
                                    

¡Hola!
I'm back!
~Happy Reading!~
•••
Austin Saverio Marquez
Point of View
•••

ValenciaSpain.

Kakiku menginjak gas dengan kasar, memanuver setiap mobil yang ada di depanku. Aku bahkan tidak peduli bahwa sekarang jalanan tengah ramai dan mobilku yang memiliki plat MÁRQUEZ di depan dan belakang menjadi pusat perhatian. Pikiranku benar-benar kacau sejak keluar dari ruang pembantaian.

Mobil Mercedes ku berhenti di depan sebuah gedung tinggi. Dari bawah sini dapat kulihat helicopter dengan logo MÁRQUEZ telah siap. Aku menaiki lift untuk sampai di rooftop gedung. Gedung ini hanya  bagian kecil dari Skyline yang tersebar di Spanyol.

Tadinya aku akan pergi dengan helicopter dari markas. Namun, Fredico menyarankan agar aku pergi setelah jauh dari markas. Beberapa bedebah yang tak kutahu namanya itu tahu dimana markas Aeolus berada, maka kemungkinan besar yang lain akan segera mengetahuinya.

Suara baling-baling kendaraan udara itu terdengar memekakkan telinga. Ada sekitar sepuluh bodyguard yang telah menunggu di sana. Aku masuk ke dalamnya dan memasang pengaman. Pilot segera melakukan tugasnya.

Aku mengamati betapa indahnya Valencia dari udara. Namun keindahan itu sangat kontras dengan suasana hatiku yang sedang kacau.

Hari ini, enam belas tahun yang lalu adikku meninggal. Elena Nieva Márquez. Selama enam belas tahun ketika hari peringatan kematiannya tiba, perasaanku tidak pernah tenang.

Aku melepas jas hitam yang sejak pagi aku pakai. Bahkan ada noda darah di lengannya. Ternyata darah bedebah tadi sampai di kemeja putihku. Aku melepasnya dan mengamati lenganku yang terdapat bekas luka tembakan.

Ingatanku kembali memutar kejadian itu. Aku tidak akan pernah melupakan hari di mana bajingan itu membunuh Elena dan menembak lenganku. Bekasnya masih ada. Masih sama seperti dulu. Di samping bekas operasi lengan kiriku.

Gigiku bergemelatuk—menggeram rendah menahan emosi. Perasaanku selalu kacau jika bayangan wajah bajingan itu muncul di memoriku.

Aku tidak akan pernah lupa wajah itu hingga akhir hayat. Sebelum aku berhasil mmenghancurkan dan membunuhnya, aku tidak akan baik-baik saja.

***

Madrid—Spain.

Aku sengaja datang terlambat karena tidak ingin melihat orang-orang yang ayahku kenal berada di sini. Para kenalan ayah yang turut datang dalam upacara peringatan kematian Elena sudah pergi. Mansion ini sudah sepi. Hanya ada beberapa bodyguard yang berjaga di luar mansion.

Kakiku melangkah masuk, kulihat ibu masih duduk di depan foto Elena di tengah banyaknya karangan bunga. Itu adalah pemandangan yang kulihat setiap tahun jika hari ini datang. Hatiku rasanya ditusuk ribuan belati menyaksikan wanita yang telah melahirkanku harus menangis hari ini.

Kulihat Alessia masih ada di sini. Gadis itu tengah menundukkan kepala, kemudian ia menatapku saat menyadari bahwa aku telah datang. Alessia. Aku tidak memikirkannya sejak aku pergi. Pikiranku sedang kalut. Dipenuhi banyak hal yang tidak bisa aku jelaskan satu-persatu.

Aku juga masih sedikit kesal dengan yang terjadi terakhir kali. Dia yang terlalu akrab dengan Alexis. Akhirnya aku memilih tidak terlalu banyak bicara dengannya sebagai pelampiasan kekesalanku pada gadis itu.

Aku berhenti di depan foto Elena, menyatukan kedua tangan sebagai bentuk penghormatan. Jujur saja, aku merindukan gadis kecil itu. Sekarang harusnya dia sudah berusia dua puluh tiga tahun. Sama seperti usia Alessia, mungkin.

Close to YOU | MM93 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang