039

185 26 0
                                    

¡Hola!
I'm back!
~Happy Reading!~
•••
Austin Saverio Marquez
Point of View
•••

Andalucia—Spain.

Two Days Ago.

Menjadi putus asa bukanlah aku sejak dulu. Aku adalah orang yang akan melupakan masalah-masalah kecil jika itu tidak memperngaruhi jalan hidupku. Pernah sekali aku berpikir bahwa cinta adalah omong kosong. Cinta hanyalah sebuah kepalsuan yang membelenggu dua hati dalam suatu hubungan untuk menyiksa keduanya.

Cinta mematahkan, menghanyutkan, menghancurkan. Harusnya aku baik-baik saja sekarang. Ini adalah keputusanku menghempaskannya agar dia tahu seberapa sakitnya dikhianati. Namun, aku justru seperti orang putus asa yang bersembunyi di tempat dimana tidak ada kenangannya.

Sejak aku meninggalkan Alessia di hotel kala itu, aku tak sekalipun kembali ke Barcelona atau kediaman ayahku di Madrid. Aku benci menginjakkan kaki dimana pernah Alessia ada di sana. Bayangan sialan itu tidak pernah hilang dari ingatanku.

Aku membencinya. Dia adalah penipu. Dia datang untuk menghancurkanku atas nama cinta. Aku sangat berhasrat menghabisinya saat tahu identitas gadis itu yang sesungguhnya. Dia adalah putri seorang pembunuh. Fakta itu tidak akan pernah aku lupakan bahkan hingga napas terakhirku kelak.

Menghabiskan berbotol-botol bir selama hampir dua pekan. Aku tidak memiliki gairah hidup barang sekejap. Harusnya aku tahu bahwa dengan jatuh cinta padanya maka aku juga harus bersiap untuk sakit hati. Kupikir dia adalah pelita, tapi dia tak ada ubahnya dengan bara api. Membakarku tepat setelah aku jatuh sepenuhnya pada hati sialannya.

Aku benci mengakui bahwa Alessia sudah merenggut setengah jiwaku. Dia mempermainkannya tanpa aku ketahui. Jika tanganku sanggup, maka aku sudah melenyapkannya hari itu. Dendamku lunas. Namun entah mengapa aku tidak sanggup melakukannya. Memilih untuk pergi dan menatap matanya yang penuh kecewa.

Masa bodoh. Aku jauh lebih kecewa darinya. Aku dibohongi, bukan hanya sekali. Setiap detik saat dia bersamaku, dia telah berbohong.

Sesak. Hampa. Dan perasaan sialan lainnya. Aku benar-benar ingin menghancurkan dunia agar tak ada lagi bayangannya yang muncul di pikiranku. Harusnya memang tidak. Namun dia telah menahanku di balik jeruji besi cinta busuknya.

Mengetahui fakta bahwa dia akan menikah dua hari lagi seakan menjadi pukulan paling ngilu yang pernah aku dapatkan. Ini lebih sakit dari ketika aku jatuh ketika balapan. Melakukan operasi di beberapa bagian tubuh rasanya tak sebanding dengan kabar sialan ini.

Renald Benedicto Velasco dengan tidak tahu malu memohon padaku. Memintaku untuk memaafkan adiknya dan melupakan masa lalu kelam yang pernah terjadi. Hei! Keluargaku terus berduka setiap tahunnya tapi dia dengan mudahnya ingin berdamai. Jika bukan ayah sialannya yang memulai peperangan pada kami maka aku tidak akan sejauh ini.

Aku memiliki niat terselubung mengajak perusahaan Antonio bekerja sama dengan tim balap milikku. Untuk menghancurkannya jika memiliki kesempatan indah. Namun, dalam beberapa hal aku belum bisa merealisasikannya. Mungkin aku bisa mulai dari anak perempuannya sekarang.

"Alessia sangat terpukul atas ini semua, Austin. Tidak bisakah kau memaafkannya?"

Menatapnya saja aku enggan. Entah dari mana dia tahu kalau aku ada di Andalucia. Daripada menatap wajahnya, aku lebih memilih melemparkan botol bir kosong ke wajahnya. Kuharap itu tepat sasaran agar dia cepat pergi dari sini.

Pranggg!!!

"Kau tahu dimana rumah sakit berada, 'kan? Obati dirimu dan jangan pernah datang!" ucapku tanpa menatap wajah sialannya itu.

Close to YOU | MM93 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang