¡Hola!
I'm back!
~Happy Reading!~
•••Barcelona—Spain.
Aku merasa beruntung. Dalam beberapa hari ini setelah pesta malam itu Austin menjadi sedikit ramah padaku. Dia jarang menatapku dengan tatapan dingin. Namun, satu hal yang tidak aku suka. Dia justru tidak mau dekat-dekat denganku. Selalu menyuruhku pergi entah karena alasan apa.
Paginya setelah tak sengaja meneguk minuman beralkohol itu, aku benar-benar tersiksa. Ketika mataku terbuka saat itu, kepalaku rasanya pusing bahkan mual. Mungkin itu efek aku yang tidak terbiasa mengonsumsi minuman seperti itu. Sungguh, itu adalah yang pertama kalinya bagiku.
Pagi ini aku kembali membereskan kamar Austin. Sylvia sudah menyiapkan makanan untuk sarapan. Sementara laki-laki yang sudah membuatku terpikat dalam pertemuan pertama sedang pergi ke gym yang terletak di lantai 25 penthouse.
Di gedung pencakar langit ini memang ada banyak fasilitas umum. Ada banyak toko, restoran, kafe, salon, bahkan tempat kebugaran. Namun, Austin jarang berolahraga di sini. Ia suka keluar mencari udara segar ketika pagi.
Aku tersenyum puas setelah mengganti tirai terakhir di kamar Austin. Sekarang aku sudah tidak kaku dalam melakukan pekerjaan ini. Namun, aku masih belum menguasai perihal dapur. Austin juga sering melarangku menginjakkan kaki di sana. Ia benar-benar takut aku akan melakukan hal yang ceroboh.
Berkat Sylvia aku masih bisa belajar memasak bersamanya. Wanita itu sering membelaku jika Austin melarang. Katanya, jika kita tidak belajar kapan kita akan bisa. Aku suka dengan pemikiran wanita itu. Sylvia sangat-sangat baik.
Ketika aku akan keluar sembari membawa kain yang kotor, tanganku tak sengaja melihat sebuah laci yang tidak tertutup rapat. Laci berukuran kecil yang menyatu dengan nakas kecil di samping ranjang king size Austin.
Aku berniat untuk menutupnya mungkin saja Austin lupa tadi. Bukannya langsung menutup dan pergi, aku justru dibuat penasaran dengan apa isi dari laci ini. Dari lubang berukuran dua sentimeter, aku bisa melihat sebuah foto tanpa bingkai. Aku menarik gagang laci dan membuatnya terbuka semakin lebar.
Aku mengernyitkan kening melihat apa yang ada di dalamnya. Benar-benar sebuah foto. Namun yang membuatku ingin tertawa adalah siapa yang ada di foto tersebut. Seorang Austin Saverio Márquez.
Austin kecil berfoto dengan tawa yang lebar dan kedua gigi atasnya hilang. Lebih lagi bocah kecil yang sekarang sudah menjelma menjadi laki-laki tampan itu sangat kurus dalam foto. Tawaku pecah saat mengambil foto itu.
"Apa yang membuatmu tertawa, Alessia?"
Deg!
Aku gelagapan. Langsung kusembunyikan foto itu di belakang tubuhku. Kebetulan barang bawaanku sudah kutaruh di lantai tadi.
Austin entah sejak kapan berdiri di depan pintu. Laki-laki itu berjalan mendekat. Keringat yang mengalir di dahinya terlihat nyata. Jakunnya naik turun saat menatapku.
Ia memiringkan kepala, aku semakin gelagapan. "Apa yang kau sembunyikan?" Austin bertanya dengan dahi berkerut dalam.
"T—tidak ada." Aku berkilah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close to YOU | MM93 Fanfiction ✔
Roman d'amourFOLLOW DULU SEBELUM BACA!! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!! ••• Semua orang mengira dengan keberuntungan dan bakat yang luar biasa mampu membuat Austin Saverio Márquez menjadi orang paling bahagia. Hidup di lingkungan orang-orang berkasta. Ter...