055

173 15 7
                                    

•••
Austin Saverio Márquez's
Point of View
•••

Stalin—Bulgaria.

Tepat saat kakiku menapak pada lantai mansion megah milik pemimpin Thanatos, orang-orang bersetelan hitam langsung menodongkan senjata ke arahku. Aku melirik mereka sekilas dari balik topeng sementara orang-orang dari Aleous yang datang bersamaku langsung menyerbu keluar, balik menodongkan senjata pada mereka.

Aku mengangkat sebelah tangan untuk menghentikan orang-orangku melawan orang-orang di sini. Ini terdengar menyebalkan memang. Aku datang kemari untuk berdamai dengan mencari peruntungan. Jangan lupakan topeng penyamaran yang aku pakai.

Fredico didampingi dua bodyguard mengawalku masuk saat seorang bodyguard dari Thanatos menerima pesan melalui earpeace di telinganya berikut bodyguard yang lain menurunkan senjata mereka dan berdiri tegap menyambutku masuk.

Aku tidak menyangka satu tahun yang lalu aku sempat memporak-porandakan tempat ini akan tetapi sekarang jumlah mereka tetap banyak.

"Welcome, Mr. S!" Suara sambutan begitu aku melangkah di depan pintu terdengar beriringan dengan derap langkah kaki.

Aku berhenti saat Keith Yudev bersama orang-orangnya datang menghampiri dengan seringaian lebar di sudut bibirnya. "Aku tersanjung akan kedatanganmu." Pria dengan setelan formal itu menepumenepuk kedua tangannya.

Aku berdecih pelan lantas membalas sambutannya. Sebisa mungkin aku menahan kekesalan untuk tidak meledak di tempat ini. Melihat wajah pria licik manipulatif seperti Keith Yudev saja sanggup membuatku mendidih. "Thank you."

"Well-well, mari kita berbicara banyak di dalam. Aku benar-benar menunggu kedatanganmu, Master!"

Pria dengan jambang di rahangnya itu membalik badan lantas aku dan orang-orangku mengikutinya. Kami sampai di ruang utama mansion yang jauh dari kata sederhana akan tetapi terkesan klasik dan menyeramkan. Berbagai lukisan dewa dalam mitologi Yunani terpasang di beberapa titik. Patung dewa pun turut menghiasi ruangan yang luasnya mencapai enam ratus dua puluh lima meter ini.

"Jadi, apa maksud kedatanganmu ini?" Yudev membuka suara setelah kami sukses duduk di sofa mewahnya.

Aku terkekeh pelan sebelum menjawab. "Seperti yang kau tahu, anak buahmu menyerang anak buahku. Aku harus turun tangan untuk membereskannya," jelasku. Sengaja tidak menyebutkan Alexis sebagai adikku. Jelas saja itu bisa membongkar identitasku sekarang.

"Ah! Itu, ya! Tunggu dulu, bukankah kau yang lebih dulu menyerang kami dan membunuh mata-mataku juga?"

"Biar ku ingatkan lagi, kau yang lebih dulu mengusik kami dan pada akhirnya kami menyerang." Orang-orang dari Thanatos terlalu banyak ingin tahu. Mereka sengaja mencari tahu identitasku sejak lama tapi selalu gagal karena aku telah melangkah lebih dulu. Bahkan kami berani melakukan penyerangan untuk menghentikan tindakan musuh.

Suara kekehan Yudev mengudara. "Baiklah. Aku mengalah. Kami memang ingin menaklukan Aeolus dan menjadi yang paling kuat di dunia gelap. Tapi sepertinya untuk mengimbangimu saja aku tidak mampu. Jadi, mari kita percepat!"

Yudev tidak akan menyerah semudah itu. Namun misiku kali ini hanya untuk menghentikan dia menganggu Alexis. Aku tidak bisa membiarkan adikku itu diserang untuk yang kedua kalinya. Ayah akan menyalahkanku karena tidak bisa melindungi amggotaku sendiri.

Close to YOU | MM93 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang