¡Hola!
I'm back!
~Happy Reading!~
•••Barcelona—Spain.
Tidak pernah rasanya sebahagia dan selega ini. Kami ternyata memiliki perasaan yang sama seperti yang aku harapkan. Austin Saverio Márquez adalah milikku. Begitupun sebaliknya.
Aku sangat berdebar ketika di dek kapal ia menyatakan perasaannya. Menciumku di depan para pemain biola, berikut membawaku ke kamar dan memelukku erat hingga pagi. Ini adalah sebuah momen yang paling aku tunggu. My dream comes true.
Setelah mengantarku kembali ke penthouse, Austin pergi. Katanya dia akan kembali dalam satu jam. Nyatanya hingga petang ia tak kunjung menampakkan diri. Aku mulai cemas. Beberapa kali aku menghubunginya tapi tak ada jawaban. Begitu juga dengan apa yang terjadi pada ponsel Fredico. Entah kemana mereka berdua. Aku benar-benar cemas bukan main.
Sejak tadi aku menunggu Austin di depan pintu, jika ada orang yang keluar dari lift aku buru-buru menghampiri barangkali dia Austin. Namun, tidak. Austin tidak muncul hingga sekarang. Aku menggigit bibir cemas seraya meremas jari-jari tanganku.
Sylvia datang dan menenangkanku, tapi tetap saja sebelum Austin kembali aku tidak bisa tenang.
Baru semalam Austin menyatakan perasaannya padaku tapi sekarang dia menghilang. Aku memiliki sedikit keraguan atas apa yang dia lakukan tadi malam jika dalam satu jam ke depan dia tidak kembali.
Sebisa mungkin aku berusaha berpikir positif. Barangkali ponselnya mati karena suatu hal dan dia sedang ada pekerjaan mendesak. Lagi pula aku juga tidak berhak menuntutnya kapan dia harus kembali dari pekerjaannya.
"Nona, mungkin Tuan Muda akan kembali tiga puluh menit lagi," ucap Sylvia di sampingku yang masih berdiri dengan rasa khawatir.
"Tidak biasanya Austin pergi seperti ini. Katanya hanya sebentar, tapi ini sudah lebih dari delapan jam, Sylvia."
Bahkan langit telah sepenuhnya gelap. Tak ada tanda-tanda laki-laki itu akan kembali. Aku berniat menghubungi Alexis barangkali dia tahu sesuatu. Namun, saat aku akan membuka ponsel, seseorang keluar dari lift.
"Austin!!!" Aku menghampirinya dan langsung memeluknya erat. Menenggelamkan kepalaku di dada bidangnya. Menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam. Bau alkohol menusuk hidungku. Serta, Austin tidak membalas pelukanku. Ada apa?
Aku melonggarkan jarak kami dan menatap matanya yang kosong. Austin bahkan tidak menatap mataku. "Austin, kau mabuk?" Aku meraba rahangnya berharap ia akan memberikan perhatian padaku tapi ia dengan cepat menyingkirkan tanganku dari wajahnya. Kenapa sikapnya aneh padahal baru tadi pagi dia bersikap manis dan lembut?
"Temani aku bertemu dengan klien satu jam lagi," ucapnya lantas berlalu pergi. Bahkan tanpa menatap diriku.
Aku menatap punggungnya yang menjauh. Hilang dibalik pintu setelah Austin menutupnya dengan sedikit kasar. Apa dia sedang kesal? Apa yang sebenarnya terjadi?! Firasatku mendadak tidak enak. Aku tidak suka melihat sikapnya yang seperti ini.
Enggan untuk membuatnya kesal, aku mengikuti apa yang dia minta. Menemaninya bertemu klien di salah satu hotel bintang lima di pusat kota Barcelona. Austin sedikit normal dari keadaan satu jam yang lalu. Aku menguatkan diri bahwa itu hanya pengaruh alkohol.
Sejak keluar dari mobil, Austin merangkul pinggangku posesif. Aku sedikit risih karena banyak pasang mata yang menatap kami. Juga aura Austin yang berbeda benar-benar membuatku takut. Ia tidak banyak mengajakku bicara, bahkan bisa dihitung hanya dua kali ia menjawab pertanyaanku. Jujur saja, hatiku tidak tenang dan terus memikirkan hal-hal aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close to YOU | MM93 Fanfiction ✔
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA!! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!! ••• Semua orang mengira dengan keberuntungan dan bakat yang luar biasa mampu membuat Austin Saverio Márquez menjadi orang paling bahagia. Hidup di lingkungan orang-orang berkasta. Ter...