¡Hola!
Warning⚠ 18+ scene!
Dibutuhkan pembaca yang bijak. Pokoknya w udah ingetin kalau yg di bawah umur masih nekat baca dosa ditanggung sendiri!
Happy reading!Barcelona—Spain.
Austin mendekapku erat dibalik selimut tebal yang membungkus tubuh telanjang kami. Udara dingin di pagi hari menusuk dadaku yang terekspos tanpa sehelai kain pun. Apa yang lebih gila dari bercinta di luar saat udara musim semi menusuk kulit? Memang tidak begitu dingin tapi tetap saja membuatku sedikit menggigil dibalik dekapan Austin.
Kegiatan panas kami semalam tidak ada yang melihat, mungkin. Mansion yang jauh dari keramaian dan cenderung dekat dengan bukit sangat menguntungkan kami. Sejak semalam kami belum berpindah tempat. Austin mengelus lengan kiriku berkali-kali untuk memberi sentuhan kehangatan dari tangannya yang kuat.
Kami menunggu matahari terbit dalam diam. Jemariku sibuk melukis abstrak di perut kotak-kotaknya. Memberikan sentuhan ringan seraya menggoda. Austin selalu suka diperlakukan seperti ini. Dia mencoba acuh selama beberapa saat. Biarkan saja, aku hanya ingin menggoda bukan meneruskan permainan seperti yang selalu ia inginkan.
Jemariku bergerak semakin naik dengan masih menjaga sentuhan lembutku. Gerakannya berhenti pada tahi lalat di dada kanannya. Aku mengelusnya dengan lembut. Menggerakkan jariku memutari tahi lalat yang lumayan besar itu. Kegiatanku mengundang atensi Austin untuk bertanya.
"Kenapa, sayang?"
Aku menggeleng lantas mencebikkan bibir. Orang-orang pasti sudah sering melihat Austin telanjang dada dan melihat seberapa indah tubuhnya itu. Berarti aku adalah orang kesekian yang melihat tubuhnya. Jujur, aku bukan orang yang suka berbagi. Terbesit rasa cemburu dalam hatiku mengetahui kenyataan itu.
"Aku cemburu," jawabku.
Austin menaikkan sebelah alisnya tanda ia tidak paham.
"Aku pasti bukan orang pertama yang melihat perut kotak-kotakmu, 'kan? Itu membuatku iri. Ternyata bukan hanya aku yang mengagumi keindahan tubuhmu. Kau curang dan menyebalkan!"
Austin tergelak detik berikutnya. "Serius kau cemburu karena itu? Memangnya kau tahu kapan dan di mana aku telanjang dada? Aku hanya melakukannya di rumah. Serius tidak pernah ada wanita yang melihatnya."
Aku tidak percaya padanya. Bagaimana mungkin dia tidak pernah memamerkan bentuk tubuhnya itu pada penggemarnya yang setia? Mustahil. Aku berdecih sebal—menyangkal ucapannya. "Bohong!"
"Aku serius, sayang. Hanya kau juga yang pernah merasakan milikku."
Austin tersenyum nakal melirikku sekilas berikut melihat ke bawah sana di mana benda berharganya tersembunyi. Sial! Aku sangat malu atas ucapannya. Pipiku rasanya panas tiba-tiba. Gegas aku mencubit perutnya hingga ia mengaduh kesakitan.
"Diam!"
Austin masih tergelak tapi tangannya bergerak mengambil tanganku untuk ia genggam erat. Pun dia meremasnya berkali-kali. Aku membiarkannya saja malah semakin menempelkan tubuhku pada tubuh telanjangnya. Rasa hangat di tubuhnya menular pada tubuhku yang dingin. Austin benar-benar memberiku kehangatan di tengah dinginnya udara pagi musim semi.
"Apa sekarang kau masih takut kegelapan?" tanyanya, tiba-tiba.
Aku menggeleng pelan. Aku memang selalu takut gelap setelah hari dimana aku terkunci waktu kecil. Namun setelah bersama Austin aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali aku tidur dengan lampu menyala terang. Seringnya kami akan tidur dengan lampu temaram. Aku sangat malu jika harus bercinta di bawah terangnya lampu kamar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Close to YOU | MM93 Fanfiction ✔
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA!! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!! ••• Semua orang mengira dengan keberuntungan dan bakat yang luar biasa mampu membuat Austin Saverio Márquez menjadi orang paling bahagia. Hidup di lingkungan orang-orang berkasta. Ter...