048

321 20 0
                                    

Valencia—Spain.

Berita pernikahan kami telah sampai di telinga orang tua Austin pun dengan orang tuaku. Kemarin tepat saat aku dan Austin tiba di kediaman baru kami—sebuah mansion yang tak kalah indahnya dengan kediaman orang tua Austin di salah satu sudut Barcelona, Alexis Márquez yang kini bisa kusebut sebagai adik iparku menelepon.

Laki-laki jangkung itu dengan penuh emosi marah-marah pada Austin karena tidak mengundangnya untuk datang ke pernikahan kami. Well, aku dan Austin memang tidak mengundang siapa pun. Hanya ada Fredico Andrews yang bertugas mengatur segala persiapan pernikahan. Mungkin laki-laki itu adalah dalang dibalik marahnya Alexis kemarin malam karena sebagai adik dari seorang Austin Márquez bahkan tidak diundang ke pernikahan kakaknya sendiri. Namun, Alexis menyampaikan kabar pada kami untuk datang makan malam di kediaman ayahnya.

Jantungku berdegup kencang seiring dengan mobil yang aku tumpangi memasuki kawasan elit mansion megah dengan tulisan MÁRQUEZ pada bagian depan gerbang. Kediaman kedua ayah Austin yang terletak di Valencia. Lebih tepatnya berbatasan dengan laut dan bukit di sisi kanan dan kirinya.

Mansion ini tidak seperti kediaman yang terletak di Madrid, ini adalah kediaman kuno yang hampir mirip seperti kastil dalam dongeng fairytale. Sepanjang perjalanan dari gerbang masuk menuju pintu utama, jalanan yang dipenuhi batu kerikil yang ditata sedemikian rupa, pohon-pohon pinus menghiasi tiap bagian dari jalan ini. Tiang-tiang penyangga lampu memancarkan sinarnya dari atas. Beberapa lentera juga terpasang bersamanya.

Begitu Austin menghentikan mobil di depan pintu tangga yang diapit dua pilar kokoh dengan batu marmer sebagai sampulnya, dua orang bodyguard langsung menunduk. Austin keluar lebih dulu. Laki-laki itu memutari mobil untuk membukakan pintu untukku. Austin mengulurkan tangan yang kuraih dengan cepat.

Setelah aku keluar dari mobil, salah seorang bodyguard mengambil alih mobil dan membawanya ke parkiran yang entah ada di mana. Kemudian bodyguard yang satunya menyambut kehadiran kami.

"Selamat datang, Tuan dan Nona Muda. Tuan dan Nyonya Márquez beserta tamu dari California telah menunggu kehadiran kalian berdua," ucapnya dengan sangat sopan.

Tubuhku tiba-tiba menegang. Sadar bahwa ayah dan ibuku juga ada di dalam. Aku tidak siap menghadapi orang-orang tua di dalam sana. Aku terlalu takut akan respon ayah Austin. Seringkali dia selalu diam jika aku ada di kediamannya. Pun dengan ayahku yang sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Lidahku kelu, mendadak aku tidak bisa melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam tempat ini.

"Sayang, ada apa?" Austin menyadari keterdiamanku. Ia menatapku dengan cemas.

Aku menggeleng lemah dan menatap matanya dengan sayu. "Aku takut, Austin."

Tangan Austin yang tadi mengenggam jemariku, kini berlari pada pundakku. Ia meremas pelan dan menatapku dalam. "Aku ada di sini. Ini adalah keputusan kita berdua. Percayalah, aku tidak akan membiarkan kau menghadapi mereka seorang diri," ucapnya penuh keyakinan.

"Austin ... Alessia!!!"

Aku tergelak. Lantas menoleh saat pintu utama tiba-tiba dibuka dan semua orang yang katanya menunggu kami keluar. Dapat kulihat mereka berjumlah tujuh orang diantaranya; kedua orang tua Austin, Alexis, Meggie, Renald, ibu dan ayahku. Pekikan Bibi Roseline menjadi iringan keluarnya mereka. Aku kehilangan kata untuk semua ini. Takut untuk menghadapi apa yang akan mereka pikirkan tentang kami.

"Oh, lihatlah menantu cantikku ini." Bibi Roseline langsung memelukku dengan erat. Aku masih mematung di tempat dengan Austin yang masih setia berdiri di sampingku. Aku ragu untuk membalas pelukan Bibi Roseline. Dia kemudian membelai rambutku dengan sayang. "Berapa lama kita tidak bertemu, sayang? Kau semakin cantik!"

Close to YOU | MM93 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang