013

216 22 0
                                    

¡Hola!
I'm back!
Berapa hari yh nggak update?
Haha, lupa xixi. Yang penting belum ada seminggu sih, wkwk.
~Happy Reading!~
•••

TT Circuit Assen, Assen—Netherland.

Untuk yang kesekian kalinya aku ikut Austin balapan. Kali ini di Belanda. Eropa selalu menyuguhkan pesona alam yang tak ada duanya. Belanda tidak ingin kalah dengan menunjukkan apa yang mereka punya.

Aku sengaja meminta ikut meski Austin sudah melarang seperti yang sudah-sudah karena aku merepotkan dan sudah ada Fredico. Alasanku ikut karena aku sedikit tertekan dengan pertemuan Austin dengan client dari California beberapa hari lalu. Aku adalah orang yang cukup paranoid dan selalu overthinking setiap malam. Tatapan pria itu benar-benar mengusik ketenanganku. Jauh dari Austin membuatku tidak nyaman sama sekali. Juga karena aku tidak ingin jauh darinya barang sebentar saja.

Tiga puluh menit lagi balapan akan dimulai. Austin duduk di atas motornya dengan gagah dan mempesona. Seperti yang aku lihat di Italia, dia memakai kacamata hitam, topi, dan wearpack yang sama. Tatapannya lurus ke depan, sementara beberapa kru mengerubungi.


Di sampingnya ada seorang wanita seksi yang tidak aku kenal berdiri memegang payung besar. Menghalangi sinar matahari menganggu yang laki-laki itu. Dia bukan Jovanna. Aku benci jika dia Jovanna. Sekarang aku kesal karena ada wanita lain yang menggantikan Jovanna di saat wanita menyebalkan itu tidak ada.


"Hei! Berikan payung ini padaku!" Entah keberanian dari mana, aku mendekati wanita itu dan merebut payung besar di tangannya.

Austin menoleh sebentar karena suaraku, akan tetapi ia tak berkutik. Kemudian wanita itu pergi begitu saja tanpa menjawabku atau menolak. Berbasa-basi saja ia tidak. Ya, tentu saja karena aku memasang wajah galak dan sadis tadi. Aku benar-benar cemburu harus melihat Austin di dekati banyak wanita seksi di sini.

"Apa dia pacarmu?" Aku berbisik tepat di telinga Austin.

Ia menoleh dengan satu alis terangkat. "Apa?" Kemudian mendengus pelan lalu kembali fokus ke depan tanpa menunggu ulangan pertanyaan dariku.

Aku masih berdiri di dekat Austin dengan memegang payung besar perpaduan warna putih dan orange. Seorang kepala kru yang aku lupakan namanya berucap, "Bergeser ke sini, Nona. Kau menghalangi."

Aku menurut bergeser sedikit ke belakang. Austin tak mengindahkan apa pun. Ia tetap diam. Laki-laki itu hanya bicara sedikit ketika seorang wartawan ingin mewawancarainya.

Omong-omong, Austin berada di grid terdepan. Sementara rekan setimnya ada di barisan ketiga. Di sampingnya kanan Austin ada Fredico Andrews yang sedang membisikkan sesuatu di telinganya. Kemudian Fredico berjalan mendekatiku.

Di sini sangat ramai. Aku bahkan tidak bisa menghitung berapa jumlah penonton, kru, dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Namun, aku sangat senang dengan aku yang ada di dunia ini. Dunia bising yang sangat jauh dari kehidupanku dulu.

Lima belas menit lagi. Cuaca kian panas. Payung yang aku pegang hanya cukup untuk melindungi Austin. Dan juga aku tidak memiliki hak untuk melindungi diri. Tugas seorang umbrella girl adalah melindungi pembalap.

Close to YOU | MM93 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang