022

202 22 0
                                    

¡Hola!
I'm back!
~Happy Reading!~
•••

Andorra—Spain.

Kembalinya kami dari Austria, Austin mengajakku tinggal di Andorra selama beberapa hari. Laki-laki itu memiliki villa besar di perbukitan Andorra.

Rencananya Austin akan mengadakan pesta kecil yang hanya dihadiri aku, Fredico, Alexis dan si menyebalkan Jovanna.

Aku tengah menyiapkan camilan dan beberapa gelas tak lupa minuman beralkohol sesuai perintah Austin. Sementara Fredico baru saja selesai mandi. Malam sudah tiba, tapi Austin belum juga kembali. Laki-laki itu pamit pada Fredico untuk keluar sebentar.

Mengenai kejadian di kamar hotel waktu itu, pagi harinya Austin bersikap biasa saja seakan tidak terjadi apa pun pada kami. Aku sedikit diuntungkan dengan itu. Namun, tetap saja aku merasa malu jika harus menatap matanya dengan sangat dekat.

Aku beranjak membuka pintu saat mendengar bel dibunyikan dari luar. Dibalik pintu kayu mewah itu ada seorang Alexis dengan buket bunga mawar dan senyum menawannya. Alexis berpakaian santai dengan kaos pendek dan celana jeans hitam.

"This is for you, girl!"

Aku menerima dengan senang hati pemberian Alexis itu. "Ini sangat harum. Terima kasih, Lexi!"

Alexis mengerling jahil dan masuk mendahuluiku. Ia bergabung bersama Fredico di sofa. Ketika aku akan menutup pintu, suara mobil Austin membuatku mengurungkan niat.

Aku tengah berbahagia dengan apa yang diberikan Alexis, akan tetapi kebahagiaanku tidak berlangsung lama karena detik berikutnya aku seperti dirobohkan melihat siapa yang keluar dari mobil Austin.

Jovanna Terese Corado dengan pakaian kurang bahan. Aku mendesah kesal dan menutup pintu dengan kasar tanpa menunggu dua orang itu masuk lebih dulu.

Alexis dan Fredico menatapku saat aku memasuki ruang tamu. Aku melewati mereka dan berlalu ke pantry untuk meletakkan bunga pemberian Alexis.

"Kenapa dia datang?" Seloroh Alexis saat Austin dan kekasih jalangnya itu masuk.

Alexis pernah mengatakan padaku kalau dia tidak suka Jovanna dan sikap menyebalkannya itu. Ya, perempuan itu memang menyebalkan. Aku sangat setuju dengan Alexis. Kami berada di kubu yang sama.

"Austin yang menginginkanku datang," jawab Jovanna dengan sinis. Kemudian mereka duduk di satu sofa yang sama. Jovanna dan Austin.

Aku berdecih dan menutup toples dengan rapat disertai emosi dalam diri. Melihat Austin dan Jovanna selalu bersama mampu menumbuhkan rasa cemburu dalam diriku. Aku mencintai Austin tapi dia selalu memberikan perhatian pada Jovanna.

Jovanna memang lebih sexy, tapi bukan itu masalahnya. Perempuan itu justru mirip dengan jalang penggoda.

Sebuah nampan berisi dua toples camilan aku taruh di meja berisi empat orang itu. Di depan Austin aku menaruhnya dengan kasar dan sedikit terburu-buru. Hal itu mengundang atensi semua orang untuk menatapku. Aku hanya melirik sekilas pada Austin dan menatap tajam Jovanna.

Jovanna terlihat mencibirku yang mana masih bisa aku dengar, "Lihat lah kelakuannya itu! Dia sangat tidak sopan."

Aku kembali ke pantry untuk mengambil jus favoritku. Memilih yang berbeda karena aku tidak minum alkohol. Takut kalau kejadian aku yang mabuk di pesta waktu itu akan terulang. Itu akan memalukan karena aku sampai muntah di depan Austin.

Kemudian aku bergabung dengan mereka yang tengah bercerita. Austin tengah meneguk sebotol soda ketika Alexis menepuk tempat duduk di sampingnya untukku.

Close to YOU | MM93 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang