Makan malam

12 1 0
                                    

Percayalah

Alloh akan menghapus perasaanmu kepada seseorang, jika seseorang itu memang tidak layak untukmu.


Aku melirik kearah papar bag di sampingku. Di sana tersimpan kain brokat berwarna sky blue. Ku hela nafas dalam, memejamkan mata lalu melihat arah jalan yang mulai menemukan sunyi.


Kurang sepuluh menit toko kain tadi tutup. Aku memutuskan untuk memilih brokat warna sky blue. Mematahkan keinginan Mas Alshad yang memintaku untuk memilih brokat warna nude.


"Nimas akan terlihat lebih fress jika menggunakan warna sky blue," kata Reyhan saat itu.


"Betul! Tambah bersinar," tambah mbak Nadia.


Namun Mas Alshad bersikukuh aku memilih warna Nude. Tidaklah dia sadar andai tadi aku memilih warna Nude akan mendatangkan curiga. Kita menang hanya saudara. Tapi perasaan yang ada di hatiku selalu membuatku takut akan hubungan yang tak semestinya. Hal yang mungkin di anggap wajar menjadi kurang ajar jika itu di posisi ku saat ini.


Aku bukan tidak ingin menghargai. Hanya saja aku tidak ingin tersakiti. Biar aku saja yang merasakan sakit. Jangan orang lain.


Tidak enak rasanya di duakan oleh orang yang kita cinta. Tidak enak rasanya membagi perhatian apalagi rasa sayang tepat di depan mata.


Di anggap ada namun tidak ada di dalam jiwa. Itu sangat menyakitkan.


Terikat namun tak memiliki sempat untuk memiliki.



"Nimas, aku masuk ya... Assalamualaikum, hati-hati di jalan kalian!"


Aku tidak sadar jika mobil sudah ada didepan rumah Mbak Nadia. Dia sudah turun dari mobil. Ku turunkan kaca mobil seraya membalas lambaian tangannya.


Manis sekali dia. Baik sekali dia. Aku tidak tega jika dia merasakan apa yang aku rasakan sekarang.


Mobil kembali melaju. Melewati gerbang utama. Keluar dari istana milik orang tua Mbak Nadia.


Baru beberapa detik mobil berjalan. Tiba-tiba mobil berhenti. Aku tertegun.


Ada apa? Apa ada yang rusak?


Mas Alshad turun dari mobil. Aku kira dia mengecek mesin mobil. Tapi tidak, dia melewati dan berjalan ke arah pintu jok belakang. Membuka pintu yang ada di sampingku.


"Turun," katanya datar.


Ada apa? Apakah dia akan menurunkan aku di jalan yang sepi ini gara-gara aku tidak menurutinya.


"Turun, Nimas..." Ulangnya lagi. Kali ini dengan menyebut namaku.


Aku takut. Tanpa membantah aku langsung turun dari mobil. Membawa papar bag milikku.


"Biarkan itu disitu saja," katanya saat mengetahui aku akan membawa papar bag milikku.


Aku turuti. Diam terpaku setelah keluar dari mobil.


Kemudian dia membuka pintu mobil bagian depan. Memberikan isyarat padaku untuk masuk ke dalam.


Aku kira aku akan di turunkan di jalanan. Aku pun masuk kembali ke dalam mobil.


Dia berputar menunju bagian kemudi. Menyalakan mesin mobil lalu menjalankan kembali.


"Mas Alshad marah?" tanyaku merajuk.


Undesirable (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang