Takdir Yang Tidak Bisa Aku Lawan

12 1 0
                                    

Aku mungkin bisa bersaing dengan siapapun. Namun aku tidak bisa jika harus melawan takdir yang telah di tentukan oleh Penciptaku.



"Reyhan? Cowok yang tunanetra itu?" Menanyakan kepastian.

Aku mengangguk.

"Kamu beneran berteman dengannya?" Tanyanya lagi. Seakan tidak percaya jika aku dan Reyhan bisa berteman.

"Iyapz.. Dia teman yang baik dan cukup menyenangkan," jawabku.

"Tapi, Nduk apa dia tidak akan menyusahakan kamu. Maksudku dia kan buta. Aku takut kamu hanya dimanfaatkan dia saja,"

Aku menggelengkan kepala. Mas Alshad salah besar. Dia belum mengenal reyhan.  Andai dia tahu, bahwa pemuda itu cukup membuatku tertarik sebab pemikirannya, mungkin dia akan berkata lain. Bahkan mungkin, sebaliknya. Aku yang sedang memanfaatkan Reyhan.

"Tidak. Aku senang kok. Dia tidak merepotkan sama sekali. Malah aku bersyukur ada dia, setidaknya aku tidak lagi sendirian."

Mas Alshad tidak langsung menjawab sanggahanku. Cukup lama dia hanya menatapku dan entah apa yang sedang bergejolak dalam pikirannya.

"Tapi jangan terlalu dekat, ya... Meskipun dia buta dia tetap laki-laki biasa."

Aku menjulurkan bibir bawah dan mengangkat bahuku.

"Tidak tahu, Mas. Asal reyhan baik, ya aku ganti baikin juga," ungkapku

"Ya gak apa-apa. Tapi tetap saja, jangan sering-sering pergi berdua. Ingat Lo,"

Mas Alshad masih sangat mengkhawatirkan ku jika mengetahui aku dekat dengan laki-laki lain. Bukan karena cemburu sih sepertinya, sebab mungkin dia takut jika aku kenapa-kenapa.

Dia selalu overprotektif dengan siapapun yang bersamaku. Teman perempuan saja, dia harus tahu apalagi teman laki-laki. Pastilah sangat ingin mengetahui detail orang itu.

"Reyhan cukup nyaman dijadikan teman,"

"Ck! Nyaman-nyaman. Perempuan itu harus bisa menjaga diri. Gak asal bergaul gitu saja. Jangan sampai karena rasa nyaman, kamunya teledor dan akhirnya berakibat fatal!"

"Iya. Nimas tahu kok. Faham juga! Lagian aku juga bukan anak kecil lagi yang gak faham batasan."

''Kamu dibilangin kok bantah, dari tadi!"

"Aku gak bantah, Mas. Tapi kadang mas Alshad kelewatan!"

"Semua juga demi kebaikan kamu, Nduk?!"

Tiba-tiba suasana memanas. Gerah dan ingin pergi dari hadapan laki-laki didepan ku.

Dia bisa bersama orang lain, bisa memilih siapapun tanpa ada batasan apapun. Tapi, dia seenaknya melarang ku bergaul dengan orang lain. Hingga membuat aku menjadi orang tertutup dan tidak memiliki teman.

"Reyhan baik. Dia tidak akan melakukan apapun kepadaku. Lagipula kita hanya berteman saat di kampus saja!"

"Aku tidak mempermasalahkan kamu berteman dengan siapapun, Nduk. Tapi, ingatlah untuk menjaga diri."

Ck! Sekarang bilangan tidak melarang. Tapi, perbuatan dan juga kata-katanya jelas-jelas meminta aku untuk menjauh dari orang yang mengajak berteman.

"Iya! Aku akan jaga diri. Aku gak akan main sama siapapun. Aku hanya akan keluar bersama mas Alshad dan Mbak Nadia saja! Puas!" Emosiku membeludak. Aku tidak tahu apa yang sedang aku pikiran saat ini. Bayangan akan hati yang akan hancur sebentar lagi sudah terpampang nyata saat ini.

Aku hanya tidak ingin, jika saat itu terjadi aku tidak memiliki teman untuk berbagi. Aku harus belajar tanpa mas Alshad ataupun mbak Nadia. Aku juga harus bisa berlahan menjauhi mereka. Membuka lagi pertemuan yang selama ini tidak aku lakukan. Apakah hal itu salah? Aku hanya ingin mempersiapkan diri, agar tidak lebih hancur lagi.

Undesirable (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang