Andai skenario hidup bisa ku baca terlebih dahulu. Maka aku tidak ingin memerankan apa yang tidak seharusnya aku perankan.
.
.
.
.
.[Jangan kamu menanggung kebingungan dunia karena itu urusan Alloh. Jangan kamu menanggung kebingungan rezeki karena itu pemberian Alloh. Jangan kamu menanggung kebingungan masa depan karena itu kekuasaan Alloh. Yang harus kamu tanggung adalah satu kebingungan, yaitu bagaimana Alloh ridho kepadamu.]
Ku hena nafas dalam. Memejamkan mata, lalu berbaring terlentang melihat langit-langit kamar. Ku biarkan buku tentang Ikhlas itu terbentang dengan halaman terkahir yang baru saja aku baca.
Setelah membaca buku itu, hatiku kian tenang apalagi di kalimat yang terakhir baru saja aku baca. Itu memberitahu aku bahwa aku tidak perlu risau tidak menentu dengan apa yang telah di tentukan oleh Alloh SWT. Hanya perlu berpasrah dan melakukan yang terbaik, berdoa semoga kepasrahan dan apa yang kita lakukan juga memberikan kemanfaatan untuk banyak insan. Pun menjadi versi yang baik menurut pikiran manusi lainya, tentunya Alloh SWT.
Tok tok tok
Aku bangkit dari rebah. Ku lihat sekitar kamar. Aku tidak salah dengar kan? Ada yang mengetuk pintu. Tapi bukan dari arah pintu kamar. Seperti kaca yang di ketuk.
Tok tok tok.
Lagi. Suara yang sama. Aku bangkit dari ranjang. Ku lihat jam dinding, sudah pukul sepuluh malam. Ayah dan ibu pasti juga sudah istirahat sekarang. Apalagi setelah pergi seharian.
Tok tok tok
Jantungku berdetak kencang. Keringat dingin tiba-tiba merembas di pelipis. Langkahku pelan menuju jendela kamar. Jendela ukuran 150 x 200 m persegi itu tertutup gorden berwarna abu-abu dengan vitras putih salju.
Tok tok tok
Mataku melebar. Semakin jelas suara ketukan pada jendela kamar. Bahkan gorden dan vitras mulai berterbangan ringan sebab angin dari jendela. Padahal aku ingat betul jika jendela ku tutup meskipun belum aku kunci.
Dadaku semakin berdebar kencang saat aku sudah ada di depan jendela. Ku beranikan diri untuk menyibak gorden tersebut.
Baru saja aku buka, tiba-tiba...
Brruaakkk
Aku tertimpa seseorang dari arah depan. Dorongan yang tiba-tiba membuat tubuh tidak seimbang dan terpental kebelakang.
"Aduh..." Rintuhku. Tidak hanya benturan tapi aku merasakan ada yang menimpa tubuhku sekarang. Aku buka mata berlahan.
Mataku terbelalak saat wajah yang hanya berjarak lima senti itu menatapku dengan senyum tanpa dosa.
"Kamu lama, Nduk jadi ya aku langsung masuk saja. Eh, malah nabrak kamu." Katanya
Aku masih menatapnya tanpa berkedip. Posisi ini tidak seharusnya terus seperti ini. Mas Alshad menindih tubuhku, dan saat ini aku tidak menggunakan penutup kepala sama sekali. Rambutku tegerai jelas di nikmati oleh matanya.
"Minggir!" Teriakku.
Sontak saja, mas Alshad langsung bangkit dari atas tubuhku. Tapi, tidak tahu kenapa tubuhnya kembali menindih ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undesirable (On Going)
RomanceNimas Khirun Nisa, gadis yang telah menyimpan perasa terhadap kakak sepupunya_Alshad selama bertahun-tahun. Dia tidak memberitahukan perasaannya itu kepada siapapun. Diam itu membuat dia mengalami patah hati yang cukup dalam. Sebab dia harus menerim...