Overprotektif

19 0 0
                                    


Perempuan akan menjadi ratu, saat dia menemukan laki-laki yang tepat dan mencintainya



"Nimas, makanan sebanyak ini dari siapa? Alshad?!" Tanya ibu setengah berteriak.

Aku baru saja dari kamar mandi dapur. Sengaja meletakkan makanan yang aku dapat dari kantin tadi di meja makan, masih dengan wadahnya.

Aku mengambil tiga mangkok dan dua piring. Lalu kembali lagi ke ruang makan.

"Dari kampus, Bu. Hari ini aku kayak dapat durian runtuh," jawabku sambil meletakkan piring lalu mulai mengambil satu persatu makanan di dalam papar bag. Membuka bungkusan tersebut lalu meletakkan pada piring dan mangkuk.

"Banyak sekali, Nduk." Ujar Ibu.

Aku tersenyum. Aku juga baru tahu jika porsi yang di berikan cukup banyak. Capcay, sate dan satunya gulai kambing. Kantin yang aku kunjungi tadi memang menyediakan banyak menu ternyata. Jadi siomay dan kentang goreng tadi bukanlah apa-apa. Hanya makanan ringan saja.

"Memangnya kamu menang undian?" tanya Ibu.

"Haha... Bukanlah, buk. Tadi kebetulan ada orang baik yang sedang ngasih gratisan ke semua mahasiswa yang datang ke salah satu kantin di kampus. Dan aku salah satunya. Awalnya aku cuman pesan kentang goreng saja, soalnya mahal di sana. Eh, tahunya saat mau pulang kami di kasih ini. Udah mau tutup, daripada mubadhir kali. Sudah ada yang bayar pula," jawabku menjelaskan.

"Oh... Alhamdulillah. Pas ibu gak masak. Tadi ibu pikir kita beli soto saja di depan buat makan malah."

"Hehehe... Iya Alhamdulillah. Gak perlu beli soto lagi,"

Makan sudah siap. Tiga menu yang berbeda ini cukup untuk makan malam kami bertiga.

Ayah masih sholat magrib di masjid kompleks. Aku sampai rumah memang sudah hampir magrib.

"Assalamualaikum...." Salam ayah. Tapi tidak hanya dia, ada satu suara lagi yang tidak asing.

"Wah! Enak sekali makan malam hari ini!" Seru Mas Alshad yang sudah nyelonong masuk dan duduk di meja makan.

"Ambilkan piring juga, Nduk buat mas Alshad," pinta ibu setelah keponakannya itu duduk sambil mencicipi satu persatu makanan yang sudah ada didepan matanya.

"Ambil sendiri, Mas ..." Pintaku padanya.

"Kan kamu yang diminta ambilin," bantahnya.

Aku sudah meletakkan pantatku di kuris dengan nyaman. Bahkan sudah siap untuk menikmati makana.  Malas sekali jika harus berdiri lagi, jalan ke dapur ambil piring satu pasang.

"Kan bisa ambil sendiri, Mas ..."

Lagian kenapa juga mas Alshad datang ke rumah. Rumahnya sendiri kan ada di sebelah. Tinggal beberapa langkah saja juga nyampek rumah. Bahkan di rumah pasti sudah tersedia makanan malam yang bisa ia request, terserah.

"Sudah, Ndang sana. Ambilin buat masmu," kini giliran ayah yang menyuruhku.

Mas Alshad tersenyum penuh kemenangan. Aku berdecak kesal, namun tetap harus bangun dari dudukku lalu berjalan ke arah dapur mengambilkan piring untuknya.

"Nih, manja!" Aku menyodorkan langsung pada mas Alshad setelah membawakan dia piring tersebut.

"Letakkan dong, Nduk. Yang sopan," pintanya sambil mengarahkan pada meja makan. Dia meminta aku untuk meletakkan piring di meja makan, tepat di depannya.

"Iya, tuan muda. Monggo, silahkan... Puas!" Kesal ku.

Buru-buru aku duduk di kursiku agar tidak diminta untuk melayaninya lagi.

Undesirable (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang