Setiap keinginan memeliki tujuan dan titik temu yang membuatmu harus memilih jalan kehidupan yang nantinya akan kau tempuh
"Aku belum tahu. Kamu mengambil jurusan apa?" tanya Reyhan.
"Aku Sastra Indonesia, jadul ya?"
Bagi banyak orang jurusan yang aku tempuh tidaklah mumpuni. Membuang-buang waktu, uang dan tenaga. Mereka berpikir jurusan itu paling tinggi akan mendapatkan pekerjaan sebagai guru bahasa Indonesia dan tidak lebih dari itu.
Reyhan tersenyum. Pasti mengiyakan apa yang aku ucapkan.
"Aneh sekali. Kamu memilih sesuatu, tapi kamu juga mencela pilihanmu." Ungkapnya.
"Karena sebagian orang pasti menertawakan pilihanku,"
"Selagi kamu bangga. Pasti orang lain tidak akan melakukan hal itu,"
"Pikiran orang berbeda-beda. Aku sendiri terbiasa menerima pikiran mereka, meskipun kadang bertolak belakang dengan pikiranku sendiri."
"Itu namanya pecundang."
"Ish ... Kasar sekali. Kita baru saja berteman, Lo..."
"Hehe... Bukanlah sudah menjadi tugas seorang teman. Mengingat sesuatu kebaikan untuk temannya,"
Aku tersenyum. Reyhan, dia berpikir sangat baik. Dia jauh dari Expresi ku. Kadang orang Membuat nyaman dengan mengiyakan apa yang ia lakukan. Namun Reyhan berbeda, dia membuat aku nyaman pun lengkap dengan banyak aturan yang menurutku bertolak belakang.
Kami duduk dia antara bangku taman. Dia bawah pohon rindang yang sebagian sudah terkena sinar matahari. Kurang sepuluh menit lagi, mungkin kita akan terkena langsung oleh sinar sang raja siang.
"Apa jurusan itu sebab tekanan orang lain? Atau keinginanmu sendiri?" tanya Reyhan.
Dia berbicara dengan menghadap depan. Tangannya memainkan tongkat yang ia pegang. Mengetuk-ngetuk tanah yang di hiasan rumput taman.
Saat itu aku lebih leluasa memandangnya. Bahkan tubuhku menghadap ke arahnya. Mungkin aku tidak akan berani melakukan hal itu jika Reyhan tidak buta. Bisa mati kutu di buatnya.
"Keinginanku sendiri. Alhamdulillah orang tua tidak pernah keberatan dengan apapun yang menjadi keputusan ku,"
"Lalu kenapa kamu merasa bahwa jurusan itu jadul?"
"Yah... Seperti kataku tadi. Di jurusan ku kita seperti mengenal sesuatu yang biasa. Misalnya, yang kita pelajari adalah bahasa Indonesia. Hal yang orang lain semua bisa sebab kita memang di tinggal di Indonesia. Hal yang menurut sebagian orang tidak perlu di pelajari,"
"Kami tahu hal itu, tapi kenapa tetap kamu memilih hal itu?"
"Sebab aku suka. Sebab ya... Mungkin kemampuanku ada di sana. Sayang sekali, kamu memiliki teman yang tidak terlalu pintar seperti ku,"
Reyhan tersenyum.
"Tidak apa-apa. Bagaimana versinya aku tetap teman yang baik."
"Aish..."
Jahat sekali Reyhan ini. Dia sudah membuat hatiku jengkel dengan mengakui aku bodoh. Biasanya kan orang akan membantah dan mengatakan jika hal yang merendahkan diri itu tidaklah benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undesirable (On Going)
RomanceNimas Khirun Nisa, gadis yang telah menyimpan perasa terhadap kakak sepupunya_Alshad selama bertahun-tahun. Dia tidak memberitahukan perasaannya itu kepada siapapun. Diam itu membuat dia mengalami patah hati yang cukup dalam. Sebab dia harus menerim...