Jatuh Cinta Untuk sekian kalinya

14 1 0
                                    

Jatuh cinta itu hal biasa, tapi jatuh cinta berulang-ulang kali pada orang yang sama, itu luar biasa.

Hakikat dari perasaan manusia adalah sebuah titipan yang di berikan pada Alloh SWT. Kita tidak tahu, kepada siapa hati kita akan jatuh. Pada siapa pula nantinya hati kita akan patah. Kita tidak bisa memilih, andaikan bisa pasti kita hanya akan memilih pada orang yang memang ditakdirkan untuk kita. Andaikan bisa memilih, kita bisa memilih orang yang jauh dan bahkan tidak terlihat oleh mata kita yang mematahkan hati kita. Sebab dengan begitu rasa patah itu tidak terlalu menyakitkan.

Namun, pada akhirnya kita hanya bisa menerima. Kita hanya di minta untuk memiliki rasa, tanpa bisa membantah.

"Apa yang kamu baca?" tanya Reyhan.

Setelah kejadian beberapa waktu lalu. Aku mulai menyediakan waktu untuk bertemu dengan Reyhan juga ketika di kampus. Aku pun selalu mengajak dia bersama ku saat aku tahu dia sudah usai menyelesaikan kuliahnya. Entah sebab kasihan atau memang dia sebenarnya cukup membuatku nyaman. Namun nyatanya, aku sudah terbiasa dengan keberadaannya.

Dia jarang bersama orang lain selain bersamaku. Dia akan duduk di taman atau di perpustakaan saat selesai kegiatan. Cukup mudah mencarinya, sebab tempat yang ia tuju adalah tempat yang bisa aku tempati juga.

Alloh seakan memberikan Reyhan untuk menjadi penghibur hatiku yang lambat laun akan menuju kepatahan.

"Buku tentang rasa ikhlas." Jawabku sambil menunjuk sampul pada dirinya. Kadang aku bersikap seolah dia bisa melihat apa yang ada di depannya saat ini. Tapi, saat mengetahui jika pandangannya kosong, aku kembali menelan percuma.

"Apa yang kamu dapatkan?" tanyanya.

Kali ini tempat kami adalah perpustakaan. Tempat pertemuan kami yang ke dua. Yah, nyaman sekali apalagi saat ini perpustakaan cukup sepi. Tetap saja, aku dan Reyhan harus berbicara pelan agar tidak menganggu teman lain yang sedang fokus membaca ataupun mengerjakan tugas lainnya.

"Tahap mendapatkan rasa keikhlasan."

"Aku pernah mendengar, jika rasa ikhlas adalah rasa yang harus di paksa untuk menerima. Dia tidak langsung ada, dan perlu waktu lama untuk membiasakannya."

Aku tersenyum. Hal yang menarik bersama Reyhan adalah menemukan sesuatu yang tidak aku tahu sebelumnya. Dia seperti buku yang ingin aku baca. Dia seperti ilmu yang ingin aku selami sedalam-dalamnya.

Andai orang lain tahu bagaimana dia yang sebenarnya. Pastilah orang-orang akan berebut mendekatinya.

"Yah... Ikhlas yang paling awal adalah mengatakan, bahwa kita ikhlas dengan segala sesuatunya."

Reyhan tersenyum. Dia selalu membuatku candu saat dia menarik bibirnya itu. Wajahnya penuh dengan kehangatan.

"Saat aku mengetahui jika aku buta. Aku tidak terima. Aku mengutuk Alloh SWT. Menyumpahi DIA untuk tidak lagi menyembahnya. Aku merasa dia tidak adil. Aku merasa bahwa dia semena-mena."

Aku tertegun. Apakah dia sedang ingin mencarikan tentang rasa sakitnya?

"Aku pernah melihat, Nimas."

Deg! Dia berkata seperti itu sambil menoleh ke arahku. Matanya menatap mataku yang sedang menatapnya. Kami saling berpandangan, namun hanya aku yang merasakannya. Entah bagaimana pemandangan, atau seperti apa yang sedang di suguhkan pada matanya itu saat ini? Putih atau hitam?

Undesirable (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang