Berjalan Bersama

11 0 0
                                    

Meninggalkan ataupun Ditinggalkan, keduanya sama-sama menyakitkan dan tidak menemukan kebenaran.

. . .
. .
.

POV. Nimas Khairunnisa

Setelah mengajakku menyanyi berdua, Reyhan dengan santainya meminta izin pada ayah, di sampingnya pun ada ibu.

"Om, boleh saya ajak Nimas jalan hari ini. Kebetulan saya ingin membeli sesuatu dan saya mungkin membutuhkan rekomendasi dari Nimas nanti,"

"Kemana?" tanya ayah. Beliau tenang sekali saat Reyhan meminta izin seperti itu. Ayah seperti sudah menganggap Reyhan layaknya orang yang yang biasa berseliweran di kehidupan kami.

Padahal ini kali ketiga, mereka bertemu. Namun sudah seperti teman lama yang baru saja berjumpa.

Reyhan memang mengajakku. Tapi, tadi aku menolak. Tidak mungkin aku meninggalkan acara pernikahan ini, walaupun dalam lubuk hatiku aku ingin.

Akan tetapi Reyhan memaksa. Dia ingin mengajakku ke suatu tempat, dia pun juga akan membawa mbak Nadira bersama kita.

Sebenarnya itu kesempatan untuk alasan kabur dari hari yang menyesak ini. Namun aku tidak yakin, orangtuaku mau memaklumi hal ini. Terlebih Reyhan masih orang asing.

Itu adalah pikiranku tadi, akan tetapi setelah melihat reaksi ayah yang santai saat Reyhan meminta izin. Aku yakin, Reyhan akan mengantongi izin tersebut.

"Belum tahulah, Om... Mungkin ke toko buku atau Mall. Boleh ya, Om? Saya janji saya akan mengembalikan putri On dengan selamat." Mohon Reyhan.

Ayah diam sebentar. Dia masih menikmati es Cream di depannya.

"Jangan malam-malam, Lo..." Kata Ibu tiba-tiba.

"Loh, jadi boleh buk?" tanya Reyhan semangat.

"Iya, tapi ingat gak boleh malam-malam. Jam delapan malam harus sudah ada dirumah," jawab ibu.

Dia menatap Reyhan dengan penuh peringatan. Namun aku yakin sekali, Reyhan tidak melihat hal tersebut. Dia hanya bisa mengetahui jika orangtuaku mengizinkan.

"Jangan lupa, oleh-oleh untuk kami nanti," kata ayah

Aku melebarkan mataku. Tertegun sebab ayah mengatakan hal itu. Itu artinya beliau juga mengizinkan aku untuk pergi bersama reyhan.

"Siap, Ayah!" Seru Reyhan dengan memberi hormat pada Ayahku.

Aku mendelik. Reyhan nyengir kuda. Ku tabok lengannya, namun tetap saja dia tidak mengerti ketidaksukaanku akan panggil yang ia lontarkan tadi kepada ayah.

"Saya bersama mereka berdua, jadi insya Alloh aman." Kata mbak Nadira memastikan.

Ayah dan ibu mengangguk. Sepertinya sama sekali tidak keberatan.

Kami pun pamit. Sebelum itu aku juga ingin berpamitan pada kedua pengantin. Namun mereka belum juga kembali.

Sekarang mas Alshad mungkin sedang menghabiskan waktunya dengan mbak Nadia. Mungkin mereka lebih asyik berdua saja ketimbang berbaur bersama kami, para tamunya. Bukankah cinta mereka sudah halal sekarang? Jadi apapun yang akan mereka lakukan itu akan di menjadi catatan ibadah nantinya.

Undesirable (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang