Rabu Rindu

395 29 11
                                    

"Tau deh, ah, kesel gue," gerutu Yura saat dia sudah duduk di kursinya.

"Siapa suruh sarapannya nggak di rumah. Jadi nggak kenyangkan makannya," balas Naya sambil duduk di samping Yura.

"Gue kesiangan, Nay, jadi nggak sempet sarapan di rumah. Lagian kalau bel sialan itu nggak bunyi, pasti gue bisa abisin semuanya, bisa kenyang deh gue."

"Kalau mau sarapan di kantin, berangkatnya agak pagian kalau gitu, Yura."

Yura menghela napas. "Kan tadi gue bilang gue kesiangan, Naya. Jadi mana mungkin gue bisa berangkat pagi ke sekolah."

Naya terkekeh mendengar jawaban Yura. Dia lupa kalau temannya itu kesiangan. "Maaf-maaf, Naya lupa kalau Yura kesiangan," ucapnya.

Yura hanya bisa merotasikan bola matanya, dia tidak marah kepada Naya. Dia hanya kesal kepada bel masuk yang dengan lancangnya berbunyi di saat dia masih sarapan di kantin.

Baru juga berhenti sebentar, Yura sudah kembali menggerutu saat melihat jam yang bertengger manis di tangannya. "Ini udah lima belas menit tapi kenapa Bu Ina belum datang, sih. Tau gitu, gue abisin dulu tadi nasi gorengnya."

Naya kembali terkekeh mendengar gerutuan Yura. "Mau balik lagi ke kantin nggak?" tanya Naya.

Lagi-lagi Yura berdecak kesal. "Yang ada nasgor gue udah pindah tempat ke tong sampah, Nay."

"Kamu bisa pesen makanan yang baru kan, Yur?"

"Dan ngebiarin sisa setengah lagi karena Bu Ina keburu masuk kelas?"

"Minta di bungkus aja, lanjutin makan di kelas." Naya memberi saran.

"Dikira-"

"Assalamu'alaikum, selamat pagi semuanya."

Ucapan Yura terpotong dengan kedatangan Bu Ina ke dalam kelas mereka.

"Maaf atas keterlambatan ibu." Bu Ina menyimpan buku yang di bawanya ke atas meja. Kemudian melihat ke arah pintu dan berkata, "silahkan masuk dan perkenalkan diri kamu."

Setelahnya seorang siswa laki-laki yang memiliki tinggi badan sekitar 185 cm itu memasuki kelas.

Semua murid di kelas itu mengercit bingung. Ini ada murid baru? Kok gue nggak tau kabar nya. Murid baru ganteng gini kok nggak ada yang gosipin? Cakep banget, calon gebetan baru, nih. Cakep, sih, tapi masih cakepan gue. Sekiranya begitu isi pemikiran siswa kelas IPA 2 itu.

"Selamat pagi semuanya, perkenalkan nama saya Kemal Malik Husein, saya pindahan dari SMA Widya Utama. Semoga kalian bisa menerima kehadiran saya di kelas ini."

Ibu Ina mengangguk. "Kamu bisa duduk di samping Wahyu," ucap Bu Ina seraya menunjuk meja ke empat dari barisan ke dua dekat jendela.

Malik mengangguk dan mulai melangkah menuju meja barunya. Namun, kegiatannya harus terhenti saat seorang siswi tiba-tiba saja berbicara.

"Yah, kok langsung disuruh duduk, bu. Nggak ada sesi tanya jawab dulu gitu?" protes Lisa.

"Nggak ada. Kalian bisa kenalan lagi nanti. Ibu tau akal bulus kalian, kalian mau nanya-nanya biar nggak jadi belajar." Mendengar ucapan Bu Ina, Lisa pun terkekeh. "Malik, silahkan duduk di kursi baru kamu. Dan yang lain, keluarkan buku catatan kalian."

***************

"Pelajaran hari ini ibu cukupkan sekian, jangan lupa dengan tugas kelompok kemarin." Kalimat penutup dari bu Ina membuat mereka senang sekaligus sedih. Senang karena pelajaran telah selesai. Dan sedih, karena mereka baru ingat memiliki tugas kelompok yang Bu Ina berikan di pertemuan kemarin.

Love SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang