Ini Akhirnya? [2]

52 4 0
                                    

Semalaman suntuk, Runa terus memikirkan apa langkah paling tepat yang harus dia lakukan untuk hubungannya. Hingga tanpa sadar, jam sudah menunjuk angka tiga. Runa menghela napas, kemudian berdiri untuk mengambil wudhu. Dia sangat butuh pencerahan. Setidaknya kalaupun harus berpisah, dia ingin meminta kelapangan hati yang luas.

Jam tujuh pagi, Runa sudah rapi dengan dress biru yang membalut tubuh mungilnya. Di ruang tengah Keluarga Adimas sudah ada Melvin yang menunggu sang gadis.

"Bunda, Kakak berangkat dulu, ya." Sebelum ke ruang tengah, Runa berbelok dulu ke arah dapur untuk pamit kepada sang Bunda.

"Nggak sarapan dulu, Kak?" tanya Juwi saat Runa menyalaminya.

"Nggak, Bun. Mau sarapan di luar aja sama Melvin."

Bunda mengangguk mengerti. "Hati-hati ya, Kak. Puas-puasin berduaanya besok kalian LDR."

Meski Runa terkekeh, tapi hatinya mencelos. LDR ya? Bukannya selama ini mereka memang LDR?

-----------

Dan inilah tujuan mereka berdua. Apartemen minimalis milik Melvin. Agenda pagi ini, mereka akan membuat sarapan bersama, membuat baju lukis pelukan yang viral, kemudian di siang harinya berkunjung ke rumah sakit.

Runa yang tengah memotong wortel dikejutkan oleh tangan yang melingkari perutnya. Tak lama disusul oleh kepala Melvin yang jatuh di bahunya.

Runa terkekeh, kemudian mengecup singkat pipi sang kekasih. "Mending kamu bantu aku, deh. Biar bisa cepet sarapan. Perut aku udah bunyi-bunyi."

Mendengar kata perut, tangan Melvin malah beralih mengelus perut rata Runa, membuat sang gadis tersentak dan menghentikan kegiatannya sesaat. "Aku pengen banget jadi Ayah dari anak kita nanti."

Jika dulu, Runa akan senang dengan pembahasan soal anak dan masa depan, terlebih mereka memang berencana untuk punya anak empat. Agar rumah terasa ramai, sekaligus membalas rasa kesepian Melvin selaku anak tunggal.

Namun kini Runa malah merasakan sakit di hatinya. Merasa kalau semua cita-cita mereka berdua tidak akan pernah terwujud. Runa memejamkan matanya, merasakan elusan Melvin yang begitu lembut dan hati-hati. Ya, tangan jail Melvin masih mengelus perutnya. Hari ini saja, izinkan dia untuk bahagia sepenuhnya bersama sang kekasih.

Runa kembali membuka matanya dengan senyuman manis yang kembali terbit. Runa memegang tangan Melvin, membuat elusannya terhenti. Menuntun tangan itu untuk mengambil alih pisau yang tadi dia pegang. "Mending sekarang kamu bantu aku potong-potong sayurannya."

Melvin patuh, tapi kini justru dia malah mengukung Runa. Runa hendak keluar melalui celah tangan sang kekasih, tapi gagal karena pinggangnya langsung Melvin peluk.

"Mending kamu liatin aku, siapa tau aku motongnya salah salah."

Runa menghela napas, kini berbalik untuk menatap sang kekasih. "Kita masih bisa bebas pelukan, Melvin. Tapi sekarang biarin aku bikin masakan yang lain."

Melvin menggeleng kecil. Dia tetap enggan melepas Runa. "Sayang, nanti sekalian aku kasih kiss banyak-banyak. Lepas, ya?" Jurus andalan Runa keluar, membujuk dengan membuat puppy eyes.

Siapa yang tahan melihat wajah seimut Runa.

Cup

Sebelum melepaskan gadisnya, Melvin mengecup singkat bibir mungil yang selalu mengalihkan fokusnya. "Nanti aku tagih."

"Giliran gini aja baru dilepas," Runa mencubit perut Melvin, "dasar mesum."

Melvin hanya terkekeh, kemudian mengerjakan perintah Runa dengan semangat.

Love SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang