Rabu Rindu [8]

58 20 10
                                    

"Nay, ayok ke kantin," ajak Yura saat bel istirahat sudah berbunyi.

Naya menggeleng. "Nggak ah, Yur. Aku makan di kelas aja."

"Lo serius?" tanya Yura memastikan.

Naya mengangguk. "Lagian 'kan aku udah biasa makan di kelas," balas Naya.

Yura tahu itu, tapi kali ini berbeda. Yura takut ketika Naya sendirian, dia akan kembali bersedih karena mengingat kenyataan tentang El dan Malik.

Ya, Yura sudah tahu semuanya. Dia tahu kalau El sudah meninggal. Dia tahu kalau penantian Naya tidak akan terwujud.

Setelah hari itu Naya selalu mengurung diri di kamar. Untuk sekedar makan pun dia enggan. Tapi berkat bujukan sang ibu akhirnya dia tidak pernah meninggalkan kegiatan mengisi perut. Walau cuman satu atau dua suap yang dia makan.

Satu minggu Naya terus mengurung diri. Naya menyendiri dengan merasakan semua kerinduan yang berubah menjadi kesakitan. Dia selalu menangis setiap kali mengingat tentang kenyataan menyakitkan itu. Orang yang dia tunggu tidak akan pernah kembali.

Naya juga tidak pernah membuka ponselnya. Selama itu pula Naya tidak memberi kabar kepada teman-temannya. Termasuk kepada Yura.

Karena merasa khawatir kepada Naya, akhirnya Yura memutuskan untuk datang ke rumah sahabatnya. Dan benar dugaan Yura, Naya sedang tidak baik-baik saja.

Saat itu, Naya sebenarnya masih enggan menemui siapa pun selain orang tuanya. Tapi berkat kata-kata Yura, Naya pun luluh. Dia bahkan menceritakan semuanya kepada Yura. Tentang El dan Malik.

"Yaudah, kalau gitu gue ke kantin dulu, ya," kata Yura yang kemudian mulai berjalan ke luar kelas.

Tidak berselang lama Naya merasakan pundaknya ditepuk, yang membuat Naya menoleh ke belakang. Melihat siapa yang menepuk pundaknya, Naya pun menatap tajam orang itu. Kemudian mengedikkan bahunya dan berdiri.

Naya mengejar Yura seraya berteriak, "Yura! Naya ikut ke kantin dong."

Yura yang masih berada di luar kelas menoleh. Dia mendapati Naya yang tengah berlari ke arahnya. Yura melihat ke belakang, dan di sana terdapat lelaki jangkung yang juga tengah mengatap Naya. Ah, pantas saja, pikir Yura.

Saat Naya sudah berada di sampingnya, tangan Yura bergerak untuk menggenggam tangan sahabatnya. "Ayok, ke kantin," ucapnya kemudian melangkah menuju kantin.

Malik menghela napas. Ya, lelaki itu Malik, orang yang saat ini sedang Naya benci?

"Lo masih marah sama gue, Nay," lirihnya.

*******

Bel pulang sudah berbunyi, para murid mulai berbondong-bondong keluar kelas.

"Nanti mau makan dulu nggak?" tanya Yura kepada Naya saat keduanya tengah berjalan menuju parkiran.

Sekarang, Naya kembali pergi dan pulang sekolah bersama Yura.

"Nggak deh, makan di rumah aja," jawab Naya.

"Naya."

"Runaya."

"Una."

Di panggilan ketiga Naya menghentikan langkahnya. Dia berbalik seraya menatap tajam orang itu.

"Nay gue mohon, dengerin penjelasan gue dulu," ucap Malik setelah dia berada di depan Naya.

Naya terdiam. Enggan untuk menjawab. Dia menoleh ke arah Yura. "Ayok Yur, kita pulang," ucap Naya seraya berbalik dan kembali berjalan. Dia kembali menghiraukan Malik.

Love SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang