Did She?

95 12 8
                                    

[Warning 18+]

Gaun hitam glamor sepaha membalut sempurna di tubuh ramping sang gadis, rambut pirang sepinggangnya dia biarkan terurai hingga menjadi santapan angin malam yang berhembus cukup kencang. Siapapun yang melihatnya malam ini, pasti akan terpesona dengan kecantikan seorang Aphrodite Zoya Nesya.

"Seperti namanya, Zoya akan selalu mempesona bak Dewi Aphrodite." Pujian halus mengayun di telinga sang gadis, tak lupa disertai kecupan hangat di pipi kanannya.

Bukannya sahutan manis yang Leon dapat, justru decakan kesal yang sang lelaki terima. "Lama."

Leon tertawa, dengan sigap dia langsung membuka pintu mobil untuk sang pujaan. "Maaf sayang, rapatnya agak alot."

"Ya ya ya, rapat emang lebih penting dari aku." Setelah duduk manis di kursinya, tangan mungil itu langsung meraih gawai berwarna lilac-nya, nggak menatap wajah tampan rupawan seorang Leon yang bak pangeran kerajaan.

Lagi-lagi Leon tertawa, ntah kenapa Zoya yang tengah merajuk justru terlihat lebih manis. Walau terkesan tidak selaras dengan pakaian super menggoda yang ia pakai.

Hap ...

Leon tiba-tiba menarik handphone sang gadis, meletakkan gawai itu di atas paha polos gadisnya. Matanya menatap lurus ke arah Zoya, kepalanya mendekat untuk berusaha meraih bibir merah sang gadis yang dari tadi menggodanya.

Sayangnya, belum sempat rencana sang lelaki terwujud, Zoya memberikan ultimatumnya. "Kalau sampai lipstik aku rusak, nggak akan ada main-main ke hotel."

Oke, perkataan frontal Zoya membuat Leon harus mundur. Ayoklah, dengan kondisi mereka malam ini, masa tidak mereka akhiri dengan kehangatan. Leon pun mundur dengan cengiran khas yang memperlihatkan gigi taringnya.

"Sampai pagi, oke?" Leon memberikan negosiasinya.

"As you wish, kalau kamu sanggup."

Senyum miring pun tersinggung di wajah tampan Leon. "Kamu nantangin aku? Jangan sampai nangis di tengah jalan, ya, sayang," bisiknya lalu meniup pelan telinga Zoya.

Gadis itu tidak gentar, dia justru membalas tatapan menantang Leon. "Siapa takut? Kita liat nanti siapa yang keluar duluan."

Satu kata yang ada dipikiran Leon, menarik. Gadisnya memang sangat menarik. Dengan tak sabaran, dia segera menutup pintu lalu beranjak ke belakang pengemudi. Tidak boleh ada waktu yang terbuang sia-sia.

----------

Jika kalian berpikir mereka akan langsung ke hotel, jawabannya salah. Karena bagi Zoya, urusan perut tetap nomor satu. Sebagai permintaan maaf dari Leon, dia membawa gadisnya ke restoran bintang lima tempat favorit sang gadis.

"Pinter banget sih bujuknya." Mata Zoya seketika berbinar, seolah ada ribuan bintang keluar dari mata bulatnya. Inilah yang Leon suka, mau sedewasa apa penampilan Zoya, sejatinya dia tetap gadis menggemaskan yang suka makan.

"Siapa yang ngebujuk," Leon menaikkan sebelah alisnya, "orang aku mau ngasih asupan buat tenaga kamu." Alih-alih menunjukkan rasa gemasnya, Leon justru memilih untuk menggoda Zoya.

"Ya ya ya terserah, biarin aku makan dengan tenang. Jangan bahas-bahas soal kerjaan."

Satu jam sudah mereka habiskan untuk mengisi perut. Sesuai perintah sang gadis, selama makan hanya diisi oleh lelucon receh Leon dan jawaban ngasal Zoya. Tak ada pembahasan soal kerjaan, hanya diselangi oleh gosip hangat yang Leon bawa dan sahutan super excited dari Zoya.

"Akhirnya lo datang juga, Yon," sambut Gery kepada sahabat karibnya.

Tanpa menunggu dipersilahkan, Leon langsung duduk di samping Gery, tak lupa Zoya juga mengikuti.

Love SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang