Lamaran [4]

88 19 11
                                    

Agas

Agas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anna

*******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*******


Bohong jika Anna bahagia dengan keputusannya. Walau gadis itu yang memutuskan hubungan mereka, bukan berarti dia tidak terluka, meskipun alasan Anna melakukan itu karena kesalahan fatal sang kekasih. Bagaimana pun juga, mereka telah berpacaran selama sepuluh tahun, bukan hal mudah untuk melupakan rasa cintanya.

Jujur, Anna masih mencintai Devin, tapi kesalahan Devin kali ini tidak bisa gadis itu toleransi lagi.

Sepulang dari apartemen Devin, Anna tidak langsung pulang ke rumah. Dia belum siap jika harus menceritakan hal ini kepada kedua orang tuanya. Hingga akhirnya, Anna memutuskan untuk mampir ke taman komplek terlebih dahulu, hanya untuk sekedar meluapkan tangis yang sedari tadi ia tahan.

Bersyukurlah, karena siang ini keadaan taman tidak ramai, jadi Anna bisa menangis dengan sepuasnya.

"Tisunya, Mbak. Beli dua gratis bahu."

Ucapan itu membuat Anna menghentikan tangisnya. Kedua tangan yang semua menutup wajahnya, ia turunkan.

Bukan, bukan karena dia ingin membeli tisu, tapi suara lelaki itu seperti familiar di telinganya.

Dan benar, saat dia melihat pemilik suara tadi matanya membulat sempurna. Perasaannya campur aduk, ada haru dan juga bahagia.

Saat Anna akan memeluk lelaki itu, dia termundur. "Maaf mbak, mbak nggak beli tisu saya. Jadi mbak tidak mendapat gratis bahu untukk dipeluk."

Perkataan lelaki itu membuat Anna merenggut, tangisnya juga mulai kembali turun. "Agas," lirih Anna.

Agas, lelaki itu terkekeh. "Utututu calon istri gue kok nangis, sih," ucapnya kemudian ikut duduk di samping Anna dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya.

Entah untuk keberapa kali, Anna kembali menangis, tapi kali ini di dalam pelukan Agas. Entah kenapa, saat Agas memeluknya, hati Anna semakin tenang. Bahkan hanya dalam dua menit, tangisnya sudah mereda. Atau mungkin, itu karena Anna sudah lelah menangis?

Love SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang