Rabu Rindu [4]

79 23 6
                                    

Terhitung sudah tiga bulan Malik menjadi siswa di kelas 12 IPA 2 dan selama itu pula Malik dan Naya menjadi teman dekat. Mereka bukan cuman sekedar berangkat bareng dan saling membagi makanan. Tapi, hampir di setiap akhir pekan Malik mengajak Naya jalan-jalan keluar.

Seperti saat ini, mereka tengah menikmati akhir pekan dengan mengelilingi kebun binatang.

"Lik, liat deh." Naya menunjuk kandang buaya. "Kayak kamu, ya," lanjut Naya dengan terkekeh.

Malik mendelik. "Dih, kok kayak gue." Malik menunjuk kandang jerapah yang ada di sebelah kanan mereka. "Nah, itu baru kayak gue. Tinggi," lanjut Malik seraya berjinjit yang membuatnya semakin terlihat tinggi.

Naya cemberut. Malik secara tidak langsung sedang mengejeknya. "Iya tau aku pendek." Naya berjalan ke arah kanan, melihat-lihat hewan yang lainnya. Malik pun mengejar Naya, takut jikalau temannya itu marah.

Naya berhenti di kandang hewan yang dipenuhi bambu. Di sana terdapat beberapa panda yang tengah bermain. Naya menunjuk salah satu panda. "Nah, kalau ini kayak aku. Walaupun pendek tapi gemesin," ucap Naya seraya tersenyum manis menatap panda-panda itu.

Malik mengangguk. "Iya, kalian sama-sama pendek," ucapnya.

Naya menoleh ke arah Malik. "Cuman sama pendeknya doang?" tanya Naya.

Malik lagi-lagi mengangguk. "Iyalah, kalau yang gemesin nya cuman dia doang," jawab Malik seraya menunjuk panda yang tengah asyik bermain itu.

Naya kembali cemberut. "Ih, kok Malik ngeselin, sih," balas Naya seraya kembali berjalan meninggalkan Malik yang kini tengah tertawa lepas.

"Hahaha bercanda doang gue, Nay." Malik mengejar Naya. Setelah dia menyamakan langkahnya, tangan Malik bergerak untuk merangkul pundak teman perempuannya itu. "Lo juga gemesin kok, Nay," ujar Malik.

Naya mengedik kan bahunya membuat rangkulan Malik terlepas. "Boong banget."

"Hahaha beneran, Nay. Lo juga gemesin. Apalagi kalau lagi ngambek kayak sekarang."

Naya menghentikan langkahnya. Memiringkan badannya untuk bisa berhadapan dengan Malik. Kemudian tangannya bergerak untuk mencubit perut Malik. "Tuh, kan. Kamu itu kayak buaya," ucapnya.

Lagi-lagi Malik tergelak. "Hahahaha."

"Una, kok kamu pendek banget, sih."

"Una nggak pendek, El aja yang ketinggian."

"Wajar kalau El tinggi. Kan El udah besar."

"Una juga udah besar, tapi-"

"Una besarnya ke samping bukan ke atas, hahahaha."

"Ih, El ngeselin."

"Hahahaha udah Na, El geli."

"Rasain gelitik kan Una, siapa suruh bilang Una pendek."

Naya tiba-tiba tersenyum kecut, ketika sekelebat ingatan menghantamnya. Ketika El mengejeknya pendek dan berakhir mendapat hadiah gelitik kan dari Naya.

Malik keheranan ketika melihat Naya malah tersenyum kecut. "Nay, lo nggak papa? Maaf deh kalau gue buat lo kesel. Lo nggak pendek kok, serius," ucap Malik seraya mengangkat tangannya membentuk huruf V.

Naya tersenyum tipis. "Nggak, aku nggak kesel kok, cuman tiba-tiba kangen aja," balas Naya yang membuat Malik sedikit bingung.

"Kangen?" tanya Malik.

Naya terkesiap, dia lupa kalau Malik tidak tahu. "Iya kangen. Perut aku udah kangen sama tamunya," balas Naya.

Dia tidak berbohong. Ini sudah hampir jam makan siang. Sudah saatnya mereka mengisi perut kembali.

Love SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang