Rabu Rindu [2]

161 30 13
                                    

Jarum jam menunjuk angka 2, tandanya matahari masih bersinar terang menyinari bumi. Tapi, untung saja awan putih bergelombang itu menghalangi pancaran panasnya matahari. Sehingga siang ini tidak terlalu panas.

"Makasih awan," ucap Naya seraya mendongak melihat langit penuh awan di atas sana. Sadar dengan ucapannya, gadis itu terkekeh. "Nggak ada salahnya kan, bilang makasih sama awan?"

Cukup lama dia melihat awan itu, kini pandangannya berpindah kepada jam  di tangan kirinya. "Udah jam setengah tiga, tapi Yura belum jemput juga." Dia mengalihkan pandangannya ke depan, dimana ada tanaman bunga yang mulai bermekaran. "Apa Yura ketiduran?" monolognya sekali lagi.

Sekarang hari kamis, dan mereka telah janjian untuk mengerjakan tugas kelompok di rumah Milo. Yura berjanji akan menjemput Naya pukul dua siang, tapi sudah setengah jam gadis itu masih belum menghubungi Naya.

Drtt ... Drttt ...

Pucuk di cinta, ulam pun tiba. Yura akhirnya menghubungi Naya.

"Yura ketiduran, ya," ucap Naya saat panggilan telepon sudah tersambung.

"Nggak, Nay, gue nggak ketiduran."

"Tapi kok belum jemput Naya."

"Sorry, Nay. Gue kayaknya nggak bisa jemput lo, deh. Sindi minta tebengan ke rumah temennya. Dia juga mau ngerjain tugas kelompok. Papa belum pulang, temennya nggak ada yang searah. Jadi terpaksa harus gue yang anterin," jelas Yura panjang lebar.

Ah, ternyata Yura harus nganterin adeknya.

"Oh iya, nggak papa kok, Yura. Nanti aku bisa naik ojek aja."

"Kamu nggak papa kan? Beneran berani naik ojek?" tanya Yura khawatir.

Naya terkekeh. "Hahaha ya berani lah, Naya kan udah gede, Yura. Lagian kalau pulang dari tempat itu, Naya juga suka naik ojek kok."

Plak ...

Terdengar suara tepukan di seberang sana. Sepertinya Yura tengah menepuk jidatnya karena lupa.

"Gue lupa kalau lo udah biasa naik ojek sejak tiga tahun lalu."

Mendengar balasan Yura, Naya hanya tersenyum walau dia tahu gadis di seberang sana tidak akan melihat senyumnya.

"Yaudah, lo nanti hati-hati ya. Lo tau rumah Milo dimana kan?"

"Iya, Naya tau, kok. Yura juga hati-hati di jalannya."

"Iya, gue juga pasti hati-hati."

"KAKAK, SINDI UDAH SIAP, AYOK!"

"Adek gue udah siap, gue duluan ya, Nay. Sampai ketemu di rumah Milo."

"Oke, Yur." Setelahnya sambungan telpon pun terputus.

"Huft." Naya menghela napas sejenak. "Awan jangan pergi dulu, oke?" monolognya seraya melihat ke arah awan di atas sana.

*************

Sekarang Naya sudah berada di pertigaan, di sana ada pos yang menjadi tempat para ojek online beristirahat. Tapi saat ini, gadis itu tidak menemukan siapa pun di sana.

"Kok abang ojek nya nggak ada, ya?" tanya Naya pada dirinya sendiri. Dia menengok ke arah kanan kirinya siapa tahu ada satu ojek yang menuju ke sini. Namun nihil, tidak ada siapa pun yang menuju ke sana.

"Apa naik bis aja kali, ya? Eh, tapi kan rumah Milo nggak di lewatin jalur bis," ujarnya lagi dengan sedikit cemberut.

"Coba pesen online aja deh." Setelahnya gadis itu mengeluarkan benda pipih di dalam sakunya. Baru saja dia ingin memesan ojek online, tiba-tiba ada sebuah motor yang berhenti di depannya. Secara otomatis dia mendongak. Siapa tahu, itu ojek kan?

Love SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang