Rabu Rindu [12]

55 13 0
                                    

Naya menghela napas, pemandangan asri di depan sana memang sangat menyejukkan, tapi hati gadis itu masih sedikit terluka ketika melihat tempat yang menjadi kenangan antara dirinya dan El.

Hari ini Naya kembali berkunjung ke tempat rahasia miliknya dan El. Sekarang untuk pertama kali lagi, Naya kembali datang ke sana. Karena setelah mengetahui kebenaran tentang El, Naya tidak pernah lagi berkunjung ke sana.

Dengan hati yang masih terluka, Naya melangkah semakin dalam. Hamparan rumput hijau dan angin yang bertiup kecil sedikit membuat hatinya tenang. 

Ketika sampai di samping danau, Naya menghentikan langkahnya. Gadis itu sedikit terkejut saat melihat lelaki jangkung yang dia kenali tengah membelakanginya dan menatap lurus ke arah danau.

Hati Naya mencelos, dia kembali teringat dengan video terakhir yang dia tonton.

Mata Naya sudah sangat sembam, hidung gadis itu juga sangat memerah. Bahkan suaranya juga sangat parau. Lima belas menit lagi sudah masuk pukul tiga pagi, dan Naya masih setia menatap laptop di depannya.

Sedari tadi Naya menonton semua video yang ada di sana, itu juga yang membuat mata gadis itu memerah. Selama video diputar, air mata Naya tidak berhenti turun. Kini tinggal satu video yang belum dia tonton.

Meski sedikit lelah, Naya tetap membuka video itu. Dia ingin menyelesaikan semuanya malam ini.

Layar hitam itu kini sudah menyala, sedikit terdengar krasak-krusuk, lalu seseorang muncul di sana. Kening Naya mengerut saat melihat orang yang ada di dalam video.

"Malik?" lirihnya. Ya, kali ini hanya Malik yang ada di sana. Sebenarnya Malik sudah pernah muncul, tapi, tentu saja wajah El yang pertama kali muncul. Namun kali ini, saat pertama menyala, wajah Malik yang terlihat.

Di dalam sana Malik menampilkan senyumnya, tapi dengan mata yang sedikit memerah. Sepertinya lelaki itu habis menangis?

"Hai, Na. Sebelumnya maafin gue karena udah pake kamera El tanpa ijin. Gue juga mau minta maaf karena nggak nyari lo waktu El lagi sakit." Malik menunduk, hembusan napas kasar terdengar. Dia kembali mengangkat kepalanya dan menatap ke arah kamera. "Gue tau ini berat, tapi gue harus kasih tau lo."

"Hari ini, tanggal dua puluh delapan desember dua ribu enam belas, El nggak akan lagi ngerasain sakit, El nggak perlu minum obat lagi, El udah bisa tenang." Malik terdiam sesaat.

Sebenarnya, Naya sudah bisa menebak apa yang akan lelaki itu ucapkan selanjutnya. Namun, tetap saja jantung gadis itu berdetak dengan tidak normal.

"Karena El, sudah berpulang kepada Tuhan. Tuhan sayang banget sama El, makanya Dia nggak mau kalau El ngerasain sakit lebih lama lagi."

Tebakan Naya benar. Lelaki jangkung itu pasti mengatakan kalau El telah meninggal. Meski sudah tahu, air mata Naya tetap turun dengan sangat deras.

Bisa Naya lihat, di sana Malik juga meneteskan air matanya. Suara lelaki itu juga sedikit bergetar. Melihat Malik sekacau itu, Naya bisa merasakan kesedihan yang Malik rasakan.

"Suatu saat nanti, gue pasti bakal kasih tau lo secara langsung. Karena kayaknya, video ini bakal lo liat saat lo udah tau semuanya."

"Ya lagian, gimana lo bisa liat video ini, kalau gue yang bakal ngasihnya aja, belum ketemu sama lo," ucap Malik seraya tertawa kecil. Yang Naya lihat, tawa itu hanya untuk menutupi kesedihannya.

"Gue harap lo bisa terima kenyataan ini. Walau sebenarnya, gue juga belum bisa nerima semua ini." Malik tersenyum kecut.

Malik terdiam, seperti sedang berpikir untuk mengucapkan apa lagi. Lelaki itu menghela napas, kemudian berkata, "Seperti yang tadi gue bilang, gue belum bisa terima kenyataan ini. Karena itu, gue rasa ... gue juga belum sanggup untuk cerita langsung sama lo di waktu-waktu dekat. Mungkin gue bakal nemuin lo saat gue udah bisa ikhlasin El. Kalau gue ngasih tau lo beberapa bulan ke depan, gue harap lo bisa maklumin itu."

Love SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang