Pelangi

131 11 4
                                    

Lily

Galvin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Galvin

"Aku butuh rembulan bukan pelangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku butuh rembulan bukan pelangi."

*******

"Li, tadi gue liat Galvin jalan sama cewek."

"Mereka mesra banget loh, Li."

"Bukan cuman pegangan tangan, tapi mereka juga pelukan."

"Bahkan sepanjang mereka jalan, tangan Galvin anteng banget di pinggang tuh cewek."

"Gue gedeg banget liatnya. Pengen gue jambak aja tuh cewek, tapi nih anak malah nyegah gue," adu Dilla seraya menunjuk Fio.

"Gue cuman nggak mau ada keributan aja, ya Dil," balas Fio seraya mendelik sebal.

Dilla tidak menanggapi ucapan Fio, kini mata gadis itu kembali fokus ke arahku. "Lagian, lo kenapa nggak ikut segala, sih. Jadi nggak bisa liat kelakuan busuk si Galvin kan."

"Lo kan tau gue masih ada kerjaan di kantor tadi."

"Tapi, Li, gue setuju sama ucapan Dilla." Perkataan Fio membuatku kini menatap ke arahnya. "Gue juga udah gedeg banget sama kelakuan mereka."

"Tuh kan, lo juga sama kayak gue, kenapa tadi lo malah ngalangin gue waktu mau ngelabrak tuh cewek, hah?" sentak Dilla seraya melotot ke arah Fio.

"Udah gue bilang, gue nggak mau ada keributan, Dil," balas Fio seraya ikut melotot ke arah Dilla.

Aku hanya bisa terkekeh, sudah biasa mereka bertengkar seperti itu. Bahkan dengan pembahasan yang sama, Galvin dan cewek itu.

Sella, perempuan itu bernama Sella, mantan Galvin saat masih kuliah. Dia datang lima bulan setelah aku dan Galvin resmi berpacaran. Kedatangan gadis itu cukup menimbulkan dampak yang besar terhadap hubungan kami. Galvin jadi lebih mementingkan dirinya dari pada aku.

"Kenapa lo senyum miris gitu? Baru sadar kalau cowok lo selingkuh?"

Perkataan Dilla membuatku kembali ke dunia nyata.

Love SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang