Mantan & Pacar [3] ✓

68 12 0
                                    

"Tapi kan, kalian sepupuan, Na."

"Bukannya kata kamu, kita cuman sepupu tiri?"

Ino terdiam, dia menatapku dengan penuh kekecewaan.

Aku mengercit, saat tiba-tiba saja Ino tersenyum lembut. Bahkan dia sekarang mendekatkan duduknya ke arahku lagi. Bukan hanya itu, tangan besarnya meraih tanganku dan menggenggamnya.

"Na, makasih untuk tiga tahunnya. Makasih untuk semua waktu yang udah kamu luangkan buat aku. Makasih untuk semua cinta yang udah kamu kasih. Aku tahu, aku bukan pasangan yang sempurna buat kamu, aku nggak ada apa-apanya di banding Alva. Aku emang lebih cocok sama dia, Na. Kalian sama-sama sempurna. Aku emang bodoh, aku dengan lancangnya suka sama perempuan sesempurna kamu. Padahal seharusnya kamu dapatin laki-laki yang setara sama kamu. Maaf, selama kamu pacaran sama aku, aku belum bisa bahagiain kamu."

"Sekarang, aku ngelepas kamu. Kamu bisa bebas buat deket lagi sama Alva. Karena kita udah selesai."

Tunggu? Kenapa sekarang malah jadi begini? Ya, aku memang mendapat alasan sebenarnya yang aku mau. Ino cemburu karena dia insecure sama Alva. Tapi kenapa dia malah minta putus beneran? Nggak, ini nggak bener.

"Aku cinta kamu, Na. Selamanya akan selalu cinta sama kamu." Ino mendekat lalu mencium keningku dengan lembut. Seolah menyalurkan semua rasa sayangnya kepadaku.

Ino melepaskan ciumannya, dia lalu berdiri, dan berkata, "aku pamit, Na. Bahagia selalu."

Aku menggeleng kecil, aku tidak akan membiarkan ini terjadi. Aku segera berdiri, berlari kecil untuk mengejar Ino yang mulai berjalan ke arah pintu masuk.

Hap ....

Aku berhasil memeluk punggungnya. Menahan Ino untuk tidak pergi dari sini. Karena urusan kita belum selesai, termasuk hubungan kita.

"Bego, kamu bego, No."

"Kenapa kamu malah mutusin aku? Bukan itu yang aku mau."

Aku merasakan tangan Ino memegang tanganku. Aku pikir dia akan mengelusnya, ternyata dia melepaskan tanganku. Langkahku termundur seiring Ino yang kini berbalik menghadap ke arahku.

"Bukannya itu yang kamu mau? Tadi kamu bilang ka–"

Jari telunjukku menahan Ino untuk mengatakan kalimat selanjutnya. Aku menggeleng dengan kuat. Aku harus segera meluruskan semuanya.

"Nggak usah kamu lanjutin, karena sekarang giliran aku yang bicara." Aku turunkan jari telunjukku.

"Ya, itu yang aku mau. Aku puas dengan jawaban kamu, No. Karena sekarang aku tau alasan sebenarnya kamu nggak suka aku deket sama Alva."

"Bukan, bukan karena Alva terlalu sempurna untuk ukuran mantan, tapi karena kamu ngerasa insecure sama Alva. Kamu ngerasa jauh banget dari Alva. Kamu ngerasa nggak pantes buat bersaing sama Alva."

"Ya, aku akuin Alva emang sempurna. Dia ganteng, baik, penyayang, perhatian, bahkan dia juga bisa melakukan semua hal. Siapa coba yang nggak tertarik sama Alva? Bahkan di luaran sana banyak banget yang memuja-muja Alva."

"Tapi apa kamu tau? Yang aku butuhin itu bukan orang sempurna kayak Alva. Yang aku butuhin itu orang biasa kayak kamu Ino."

"Kalau emang aku butuh Alva, aku nyaman sama Alva, aku cocok sama Alva, terus kenapa aku malah minta putus? Aku putus baik-baik sama Alva, itu tandanya kita nggak cocok. Alva orangnya terlampau baik, tidak pandang bulu ketika menolong, termasuk ketika menolong gadis lain sekalipun. Dan sayangnya aku nggak bisa nerima sikap terlalu baiknya Alva. Aku ngerasa kalau aku sama saja dengan semua perempuan yang dia tolong, aku nggak ada spesial-spesialnya buat Alva."

Love SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang