Tertipu

69 9 0
                                    

Pagi hari selalu terasa berat bagi sebagian siswa. Apalagi jika terdapat jadwal ulangan di mata pelajaran pertama, rasanya ingin kabur saja. Begitulah yang dirasakan oleh gadis mungil dengan rambut sebahu itu. Sedari tadi dia terus menghela napas berat, sungguh dia belum menguasai semua materi ulangan hari ini. Ingin lanjut belajar, tapi dia sudah muak. Angka-angka di dalam buku sudah terlihat membosankan.

"Bosen kan, Na," ujar seseorang yang tadi menepuk pundak gadis itu, "mending kita nongkrong depan kelas aja. Itung-itung refreshing sebelum ujian."

Una, gadis itu terdiam sesaat. Sepertinya ajakan Yuvi tidak buruk. Lagian bel masuk masih dua puluh menit lagi. "Boleh deh, siapa tahu ketemu cogan."

Yuvi terkekeh, lalu menarik tangan sahabatnya untuk segera keluar kelas. "Ngapain harus nyari cogan sih, Na. Kamu kan udah dapet cogan yang selalu ngejar-ngejar kamu."

Dengan kening mengerut, Una menoleh ke arah Yuvi. Seolah bertanya siapa orang yang sahabatnya maksud.

"Tuh si Malik. Dia juga kehitung cogan loh, Na."

Bug ....

Pukulan yang Yuvi terima menjadi pertanda penolakan dari Una.

"Malik tuh cogil bukan cogan."

Bukannya marah, Yuvi justru tertawa. "Iyalah, dia tergila-gila sama lo. Malik is cogilnya Qyuna Zavira."

Una merotasikan bola matanya, malas untuk menimpali candaan Yuvi, bisa-bisanya mood gadis itu habis sebelum ulangan. Membiarkan Yuvi yang terus mengoceh, ia lebih tertarik untuk melihat tiga orang kakak kelas yang baru memasuki sekolah. Tiba-tiba saja mood gadis itu kembali membaik, bahkan senyumnya tak segan-segan untuk menampakkan indahnya.

Posisi kelas mereka ada di lantai satu, yang langsung berhadapan dengan gerbang sekolah, yang sangat strategis untuk melihat murid-murid keluar masuk sekolah.

"Na, woy, lo dengerin gue nggak sih?" kesal Yuvi saat tak mendengar respon dari sahabatnya. Padahal dia sudah bercerita panjang lebar sejak tadi.

Una mengerjap, mengalihkan fokusnya kepada gadis di sampingnya. "Eh, sorry, Yuv. Tadi lo ngomong apa?"

Yuvi berdecak sebal. "Tau ah, males ngulang gue." Karena masih kesal, Yuvi memilih untuk melihat murid berlalu lalang, seperti kata Una tadi, siapa tau dia ketemu cogan. Dan benar saja, dia melihat tiga cogan di depan saja. Sayangnya ketiga cogan itu justru membuat Yuvi semakin kesal. Pantes aja Una nggak dengerin gue.

Una meringis kecil, tangannya meraih pundak Yuvi. "Jangan ngambek dong, Yuv, nanti Dika makin suka sama lo."

Sungguh candaan Una sangat tidak lucu di telinga Yuvi. Gadis itu mengedikan bahunya, mencoba melepas rangkulan Una. Una pasrah, membiarkan rangkulannya terlepas, tapi kemudian tawa gadis itu mengayun. Dia merasa senang karena bisa membalas candaan Yuvi tadi soal Malik.

"Nggak seru lo, Na. Maen langsung ngebales gue."

"Kan biar adil, Yuv," balas Una yang membuat Yuvi semakin cemberut.

"Udah Yuv, mending lanjut nyari cogan. Otak lo harus dikasih hiburan sebelum ulangan." Una kembali merangkul Yuvi, menelisik satu persatu murid yang masih berdatangan.

Mata bulat Una kembali berbinar, tangannya menunjuk salah satu murid yang terus berbicara kepada temannya yang bermuka datar. "Tuh liat, ada kak Ochi. Puas-puasin liatnya, biar ulangan nanti lancar."

Una pernah mendengar, memandang cowok tampan bisa meningkatkan kepintaran. Ntah itu rumor atau fakta, tapi saat ini mereka tengah menerapkan hal itu.

Berhasil, cara Una membuat senyum Yuvi kembali terbit. Benar bukan, memandang cowok tampan bisa menaikan mood.

Love SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang