Rabu Rindu [5]

82 22 3
                                    

Ujian akhir semester tinggal beberapa minggu lagi. Beberapa siswa sudah mulai belajar untuk mempersiapkan ujian tersebut. Begitu pun dengan Naya, gadis itu sudah mulai mempersiapkan dirinya untuk ujian nanti. Siang ini dia juga tengah belajar di halaman belakang. Namun, kekhusukannya harus terganggu dengan kedatangan Malik ke sana.

Cowok jangkung itu datang dengan membawa beberapa buku paket. Iya, dia berniat belajar bareng dengan Naya.

"Naya, gue ikut belajar nggak papa kan?" tanya Malik yang kini telah ada di depannya.

Naya menghela napas. Meskipun terganggu dia tidak mungkin mengusir cowok itu. Dengan terpaksa dia menggeleng seraya tersenyum ke arah Malik. Setelahnya Malik mulai membuka buku yang di bawanya.

Setelah lima belas menit berlalu, mereka masih asik dengan buku masing-masing. Hingga Malik yang merasa tidak paham dengan soal nomer enam pun memilih untuk bertanya kepada Naya.

"Una, lo bisa jelasin yang ini nggak?"

Mendengar itu Naya langsung menghentikan kegiatan menulisnya. Kemudian menatap kaget ke arah Malik.

Malik yang heran melihat Naya terkejut kembali bertanya, "Una lo bisa jelasin soal yang ini nggak? Gue nggak ngerti."

Bukannya menjawab Naya malah tetap terdiam. 'Una' dia cukup terkejut ketika Malik memanggilnya dengan nama Una. Karena sejauh ini hanya El yang memanggilnya Una.

"Una, lo ngelamun?" tanya Malik yang kini melambaikan tangannya di depan wajah Naya.

Naya mengerjapkan matanya. "Ah, sorry, El."

"El?"tanya Malik kebingungan.

Naya kembali terdiam. Sial, dia salah sebut nama. Sudah di bilang bukan kalau hanya El yang memanggilnya Una. Sehingga ketika Malik menyadarkannya dia kira orang itu El.

"Ah, maaf, maksud aku Malik," balas Naya yang sedikit gugup.

Malik mengangguk. "Lo nggak papa, Na?" tanya Malik khawatir.

Naya menggeleng. "Aku nggak papa kok. Tadi mana yang kamu nggak paham?" tanyanya yang kini melihat buku yang di pegang Malik.

"Yang nomer enam, Na."

"Kalau yang ini gini, Lik ...." Setelahnya Naya pun menjelaskan soal itu.

"Paham nggak, Lik?" tanyanya setelah selesai menjelaskan.

"Paham, Na. Makasih Una," jawab Malik seraya tersenyum ke arah Naya.

Naya hanya membalasnya dengan senyum tipis. "Mmm, maaf, Lik. Kenapa dari tadi kamu manggil aku Una? Padahal nama aku kan Naya."

Malik beroh ria. "Oh ... jadi karena itu tadi lo sempet ngelamun. Lo kaget gue panggil Una?"

Naya hanya membalasnya dengan anggukan.

"Kenapa, ya? Gue juga nggak tau, sih. Cuman kayaknya lucu aja kalau lo di panggil Una. Lebih imut gitu," jawab Malik seraya tersenyum menampilkan deretan gigi rapinya. "Lagian nama lo kan Runaya, gue ambil kata tengahnya, jadi Una. Nggak jauh dari nama asli lo juga, kan?"

"Una," panggil El seraya berlari menghampiri Naya yang tengah duduk di depan pos satpam untuk menunggu jemputan.

Naya mengercit bingung. "Kok kamu panggil aku Una?"

"Biar beda dari yang lain. Lagian kamu lebih lucu kalau di panggil Una," balas El seraya duduk di samping Naya.

"Oke, karena kamu panggil aku Una, aku akan panggil kamu El bukan Vano," ucap Naya seraya tersenyum ke arah El.

Love SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang