Assalamualaikum gais, maap sebelumnya ada yg salah tentang ukuran lubang hitam di fanfic ini.
Kan aku kemarin bilang lubang hitamnya segede matahari, nah waktu itu ada postingan toktok yg lewat fyp aku. Dipostingan itu kek ngjelasin ukuran lubang hitam. Ternyata 100+ kalinya matahari. Ibarat matahari tuh bumi, lubang hitamnya matahari. Kan gede. Gitoh...
_________________________________________
Setelah berhasil memusnahkan runtuhan puing-puing bunker, Boboiboy dkk langsung keluar dari tempat yang ada didalam tanah itu. Mereka berhasil ditipu oleh Eden dan Erina. Mereka kembali mencari Ochobot dipenjuru Vokana.
Sementara Eden dan Erina serta para pengawalnya berlari menuju hutan yang cukup luas. "Eden... Aku rasa... Aku rasa kita salah..." kata Erina tiba-tiba. Eden menoleh padanya denga mata tajam. "Maksud kau, kita kena balik dan serahkan bola kuasa ni?!" tanya Eden. Erina mengangguk dengan terbata-bata, perlahan ia menatap kakaknya. Rasa takut kian muncul mengisi hatinya.
Plak
Eden menampar Erina, emosinya kini memuncak. Flashback masa lalu selalu terngiang-ngiang dikepalanya. Dendam dan sakit hatinya belum juga padam. Sampai kapanpun Eden tidak akan meninggalkan planet yang menjadi tanah kelahirannya ini.
"Tak sudi aku tinggalkan Vokana dan ikut dengan TAPOPS yang dah hianati bangsa kita!"
"Ta—tapi masa tu memang tak de harapan untuk kita menang, jadi...TAPOPS tinggalkan Vokana—" balas Erina terbata-bata lalu dipotong oleh Eden.
"Tinggalkan?! Tinggalkan apa masa Syna hantarkan Kristél pada Maskmana tapi kenapa tak bawa Syna sekali?!"
"Tetapi budak tu dah jadi pembelot! Dan sekarang kau yang jadi pembelot?!" Eden mencengkram kerak baju adiknya, matanya yang tajam menatap mata adiknya yang sudah berkaca-kaca karena takut padanya.
"Cakra api!"
Wush
Eden langsung mengelak benda yang tiba-tiba menyerangnya dari belakang. Rupanya Boboiboy dkk telah sampai di tempat.
"Lepaskan Erina!" seru Syna, Eden tersenyum miring lalu mendorong keras adik perempuannya. "Aku tak perlu pembelot macam kamu berdua." katanya angkuh.
"Aku tak membelotlah!" seru Erina melotot.
Eden mengeraskan rahangnya. Angin bertiup kencang, salju turun dengan kebat. Bintang yang bertebaran dilangit perlahan tertutup hujan salju. Vokana seperti memberi dukungan pada Eden. Prajurit-prajurit Eden yang merupakan ras suku es vokana mulai maju hendak menyerang teman-temannya. Walaupun dalam keadaan hujan angin salju, mereka tetap hisa melihat.
Yaya memakai kacamatanya yang mirip kacamata renang. Samar-sama ia melihat lihat pergerakkan prajutit Eden. Yaya tidak bisa membiarkan ini, ia mengaktifkan jam kuasanya. Perlahan muncul sorotan watna pink di tangannya.
Yaya mengapung di udara, "Apungan... Graviti!" batu-batu yang ada disekitarnya terapung. Yaya melempar batu-batu itu pada prajurit Eden.
Entah apa yang terjadi, tiba-tiba kekuatannya melemah. Tidak hanya Yaya, namun semuanya. Batu-batu yang tadinya ia lempar ke arah prajurit Vokana malah kembali padanya.
Kalian pasti faham banget pas Yaya mau dilempari sesuatu pasti melindungi dirinya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan wajah. Iya ga sih?
"Awas Yaya!" seru Ying, gadis itu berlari hendak menyelamatkan sahabatnya namun ia malah terkena juga.
Bug!
Sebuah batu tajam menghantam pergelangan tangan Yaya, tepatnya di pembulu darahnya. Begitu juga dengan Ying, kepalanya terkena batu hingga gadis itu pingsan. Darahnya keluar dari pelipis.

KAMU SEDANG MEMBACA
FOR MY HEART 2 : BOYA
FanfictionBOBOIBOY X YAYA FANFICTION "Say and give me certainty" Yaya mengakui bahwa dirinya juga menyukai Boboiboy, namun ibunya tidak mengizinkannya memiliki hubungan dengan laki-laki selain teman. Apapun itu, Boboiboy tetap senang dan mereka saling komitme...