For My Heart 2 : Chapter 29

1.1K 83 19
                                    

"Korang macam tak pernah naik kapal angkasa je." celetuk Yaya heran pada Boboiboy dan Fang yang diangguki Ying.

"Tapi ni lain." balas Fang.

"Haiya... Sama saja mah." sahut Ying.

Mereka berjalan menjauh dari wahana kora-kora.

"Tak sama-lah, Ying. Aku pening sangat naik tu." sahut Boboiboy sambil memegangi kepalanya yang masih pusing. Mereka berempat berjalan sambil berdebat tanpa menghiraukan sekelilingnya.

Sampai akhirnya Fang menghentikan langkah mereka. "Kenapa Fang?" Boboiboy menyela, yang ditanya mengacungkan telunjuk ke depan, tepatnya sebuah warung kopi tak jauh dari tanah yang mereka pijak. "Tengok tuh."

Tanpa menunggu lama, mereka mendekati apa yang ditunjuk Fang. Rupanya teman mereka yang sedang duduk disalah satu kursi disana. Mungkin yang membuat Gopal betah di tempat inu karena nuansanya yang elegan namun estetis dan lampu hias yang membuat warung itu menarik. Memang benar, ditambah ada orang yang ia sukai.

"Kat sini kau rupanya, Gopal." kata Ying sambil mendudukkan pantatnya di kursi. Sedangkan Gopal hanya terkekeh kikuk.

"Eh? Ada Suzy juga?" Yaya baru menyadari ada Suzy disamping Gopal. "Hai Yaya... " sapa gadis itu dengan ramah, Yaya membalasnya dengan senyum.

"Macam mana naik kora-kora? Seronok?" tanya Gopal, "Tak! Aku pening." balas Fang ketus.

Boboiboy dan Yaya sedang melihat menu untuk memesan makanan. "Yaya, kau nak minun apa?" tanya Boboiboy, terlihat gadis itu sedang menatap menu yang menurutnya menarik. "Stroberry yoghurt, kau apa?"

Boboiboy tak menjawab, ia langsung memanggil pelayang. "Ais stroberry yoghurt satu dengan hot americano caramel satu, corn dog mozzarella dengan sosis empat." kata Boboiboy, laki-laki itu melirik Yaya sambil tersenyum tipis. Begitu juga dengan Yaya yang sedang sibuk memainkan lembaran menu.

"Saya ais oreo milk dua dengan mie laksa dua." sahut Fang.

Malam itu semua menikmati akhir pekan dengan nuansa ceria ini.

.
.
.

Malam sudah mulai larut, tepat pukul sepuluh malam fan fair sudah mulai sepi. Gopal dan Suzy sudah pulang sejak pukul sembilan tadi sedangkan Boboiboy dan Fang memutuskan untuk pulang sendiri-sendiri karena jalan ke rumah Ying dan Yaya yang berlawanan arah.

Sejak tadi, Yaya hanya diam di jalan. Boboiboy pikir Yaya sudah mengantuk. Dapat dilihat dari sepion motornya, Yaya sedang menahan kantuknya agar tidak tertidur. Boboiboy terkekeh kecil melihat wajah lucu Yaya saat mengantuk.

Tin! Tin!

Karena terkejut, Boboiboy langsung mengerem mendadak. Yaya juga langsung tersadar.

Bruk!

Motor Boboiboy terseret di aspal, Boboiboy dan Yaya ambruk di perempatan. Karena sibuk menatap Yaya dari kaca spion, Boboiboy tidak menyadari ada mobil yang hendak menyeberang. Dan seharusnya Boboiboy berhenti karena jalurnya sudah lampu merah.

Bersikap layaknya pria sejati, Boboiboy langsung mendekati Yaya dan membantunya berdiri dan menepi. Baru setelah itu ia mendirikan motornya ke tepi jalan. Saat itu jalanan sudah sangat sepi, kemungkinan kecil orang akan mendengar.

Boboiboy sadar lutut Yaya berdarah, terlihat dari celananya yang sobek dan berlumuran darah. "Yaya, lutut kau..."

"Aku okey, kau yang tak okey." sahut Yaya melihat luka Boboiboy lebih parah. Namun Boboiboy tidak mendengarnya, ia berlari membeli obat merah. Kebetulan disamping perempatan ada apotek.

Yaya hanya menghela nafas dan duduk ditepi jalan karena kakinya sakit. Ia menatap mobil yang tadi hampir menabraknya. Mobil itu berhenti tak jauh dari tempat Yaya duduk.

Dari tampilan mobilnya serta plat nomornya, Yaya merasa tidak asing. Seorang pria seusia ibunya keluar dari mobil itu dengan tergesa-gesa.

"Adik! Adik tak pe?" tanya pria itu dengan wajah cemas.

Yaya yang tadinya merintih kesakitan, menoleh dan melihat wajah pria itu. Ia terdiam, "Abah?"

"Yaya?"

"Adik tak pe?" tiba-tiba seorang wanita muda ikut menghampiri Yaya dengan wajah yang tak jauh berbeda dari pria tadi. Wanita itu muncul dari dalam mobil yang sama dengan pria tadi.

Yaya hanya mengangguk, bibirnya kelu untuk berkata. Dia sedang beradu dengan pikirannya, mencoba untuk mencerna apa yang ia lihat.

"Yah, jom. Ersha kena cepat-cepat dibawa ke hospital." kata wanita itu. Yaya heran, siapa Ersha.

"T—tapi macam mana dengan budak ni?"

Budak? Yaya tidak habis pikir dengan ayahnya. Bisa-bisanya ia menunjuk anaknya dengan sebutan bocah.

Wanita itu merogos sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar uang lalu memberikannya pada Yaya. "Nah untuk kamu, maafkan kami tak sengaja. Kamu boleh beli obat merah sendiri kan? Kami tengah terburu-buru, maaf ya adik."

Setelah mengatakan itu, wanita tadi langsung menarik tangan ayah Yaya menuju mobil tadi. Mobil putih itu melaju menjauh dari Yaya. Gadis itu mematung.

Beberapa saat kemudian Boboiboy datang dengan membawa obat merah dan kain kasa dari apotek. "Yaya, maaf lama." ujar Boboiboy.

Boboiboy melihat ada beberapa lembar uang di pangkuan Yaya, ia bertanya sambil membuka bungkus kain kasa di tangannya. "Duit kau kah?"

Yaya tersadar, "Oh? Bukan, ini dari orang yang hampir tabrak kita tadi. Dia tengah terburu-buru, sebab tu tak sempat tunggu kau." kata Yaya, dari nadanya sudah sangat aneh. Boboiboy hanya mengiyakan saja, ia pikir Yaya hanya shock.

.
.
.

Setelag mengobati luka masing-masing, Boboiboy mengantar Yaya pulang. Ibu Yaya sedikit terkejut, ia agak marah dengan Boboiboy jadi tadi meresponnya sedikit judes.

"Abah mana Mak? Dah pulang?" tanya Yaya setelah ibunya menutup pintu rumah.

"Belum, dia cakap ada lembur malam ni." jawab Makcik Wawa. Yaya berpikir sejenak.

Lembur? Apanya yang lembur? Jelas-jelas tadi ia melihat ayahnya menggunakan pakaian santai dengan wanita yang ia sediri belum pernah melihatnya.

"Ei, jangan kau melamun kat situ. Pergi ganti baju, lepas tu tidur. Besok Mak panggilkan Nenek Imah suruh urutkan kaki kau." kata Makcik Wawa membuyarkan lamunan Yaya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hai gaiss..
Dah lama ga up
Maap ya pas sekali up cuma dikit

.
.
.

Boboiboy hanya milik MONSTA, Author hanya meminjam karakternya saja.

FOR MY HEART 2 : BOYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang