Pagi ini terasa sedikit dingin, tapi matahari menyinari dengan hangatnya. Embun-embun membasahi tanaman, menetes ketika daun sudah tidak kuat menopangnya.
Orang-orang di rumah sakit mulai sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Para suster memberikan makanan kepada pasien masing-masing, sedangkan keluarga yang menunggu mereka juga membeli sarapan di kantin rumah sakit.
Seorang suster memberikan nampan berisi makanan kepada laki-laki berseragam sekolah menengah atas. Laki-laki itu menerima dengan senang hati, "Terimakasih suster..." ucapnya sebelum suster itu pergi.
"Boboiboy, kau dah makan ke belum?" tanya Yaya. Boboiboy mengangguk, "Dahlah, sekarang kau yang sarapan ya..."
Boboiboy menyuapkan nasi ke Yaya, gadis itu melahapnya, "Aku makan sendiri je ye... Nanti kalau kau lambat, kau kena hukum." protes Yaya, Boboiboy malah terkekeh. "Kena hukum ngan siapa? Hm? Kan yang sering menghukum kat sini."
Yaya menatap laki-laki itu dengan tatapan malas. "Apalah! Besok hukumannya berganda-ganda!!" gadis itu menyilangkan kedua tangannya seperti sedang ngambek, tapi wajah merahnya tidak bisa menutupi bahwa ia sedang malu.
Boboiboy terkekeh, ia menyuapkan sesendok nasi dan sayur pada Yaya. "Sedap tak?" tanyanya setelah Yaya melahap makanan itu.
Yaya menggeleng, "Hambar."
"Kalau macam tu, cepatlah sembuh. Nanti kita makan bebbek bakar..." laki-laki itu membersihkan sudut bibir Yaya yang ada nasinya.
"Berarti kalau aku sembuh, kau nak ajak aku makan bebek bakar?"
Boboiboy mengangguk.
"Baiklah!! Aku akan sembuh esok!! Besok kita makan bebek bakar ye!!" Yaya mengulurkan jari kelingkingnya, dengan senang hati Boboiboy membalas uluran itu. "Janji!!"
"Boboiboy... Dah pukul tujuh..." sahut Ochobot yang sedari tadi dipojok ruangan memperhatikan mereka dengan wajah malas. Setelah sekian saat dia tidak diajak bicara akhirnya bersuara.
"Okeylah, kau kat sini je jaga Yaya ya... Jangan lupa ubatnya diminum...." Boboiboy memberikan nampan makanan Yaya oafa Ochobot, ia mengusap puncak kepala robot itu sebelum bersalaman dengan Yaya.
"Suami pergi dulu ye sayang... Assalamualaikum istriku..." ujar Boboiboy dengan meledek.
Yaya membalas dengan ledekan juga, bedanya wajahnya semerah kepiting rebus, "Wa'alaikumussalam, hati-hati suamiku..."
Ochobot yang berada ditengah-tengah mereka hanya menatap dengan tatapan malas, seandainya dia manusia pasti tidak akan lama berada disituasi ini. Dia pasti akan muntah-muntah mendengar pasutri baru itu sayang-sayangan. Huh dasar anak muda.
.
.
.Singkat cerita, Yaya sudah boleh dipulangkan karena kondisinya yang sudah cepat membaik. Malam itu Boboiboy menatap jendela kammar Yaya dari jendela kamarnya, gadis itu juga ada disana.
Tawa kecil Yaya ketika sedang berbicara dengannya lewat telfon membuat Boboiboy merasa lebih baik, walaupun ketika berada di rumah itu Bayangan Tok Aba selalu ada disisinya.
Boboiboy yakin Tok Aba sudah tenang di sisi Allah, Boboiboy yakin Tok Aba juga tidak ingin melihat cucunya terus-terusan bersedih dan ingin melihatnya bahagia.
Sambil melirik foto muda Tok Aba dan istrinya, Boboiboy tersenyum kecil dengan mata berkaca-kaca. "Atok pasti dah bahagia jumpa dengan Nenek." gumam Boboiboy. Ochobot tiba-tiba merangkul bahunya, laki-laki itu menoleh dan tersenyum. Tak lupa gadis diseberang sana juga tersenyum.
"Bagaimana kalau malam ni Yaya tidur kat sini?" tanya Boboiboy, senyum jahilnya membuat Yaya membelalakkan mata.
Gadis itu reflek berdiri, "Tak boleh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR MY HEART 2 : BOYA
FanfictionBOBOIBOY X YAYA FANFICTION "Say and give me certainty" Yaya mengakui bahwa dirinya juga menyukai Boboiboy, namun ibunya tidak mengizinkannya memiliki hubungan dengan laki-laki selain teman. Apapun itu, Boboiboy tetap senang dan mereka saling komitme...