Di halte bus yang sudah sepi, gadis jelita tengah duduk ditemani gelap yang jatuh di surya yang tenggelam. Ia menatap bintang-bintang di langit sambil menyandarkan tangannya dibangku.
Entah mengapa malam ini bintang-bintang itu terlihat cantik. Yaya kagum melihatnya, sekilas ia teringat Boboiboy yang sangat menyukai bintang. Ah... Siang tadi laki-laki itu menangis karena kucingnya yang keracunan. Yaya mengingat kembali bagaimana wajah laki-laki itu saat menangis, wajahnya jadi terlihat imut sekali.
Manik mata Yaya menoleh ketika ada sorotan lampu mobil yang menyorot ke depannya, kelihatannya itu mobil ayahnya. Seorang laki-laki keluar dari mobil itu, benar saja itu ayahnya.
"Abah!!!" Yaya berlari layaknya putri kecil yang merindukan ayahnya, lantad ia memeluk erat tubuh yang ia rindukan. Sang ayah mengelus lembut puncak kepala Yaya.
"Jom kita balik." ucap Pakcik Yah setelah melepaskan dekapannya. Yaya tersenyum kegirangan, ia mengangguk. Mereka pulang dengan mengendarai mobil tersebut.
.
.
.Yaya asyik menatap pemandangan malam di luar kaca mobil ayahnya. Menatap lampu jalanan yang menyala dengan cahaya kuningnya yang indah, pohon-pohon berdaun hijau yang rindang.
Yaya membuka kaca mobilnya, angin masuk kedalam mobil dan Yaya menikmatinya. Benar-benar sejuk dan nyaman. "Yaya... Tutup balik tingkap kereta tu... Masuk angin nanti..." ucap Ayahnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.
Yaya langsung menutup kembali jendela mobil, setidaknya ia sudah merasakan angin malam. Tak lama ada panggilan masuk di ponselnya, panggilan itu dari Boboiboy.
"Iye Boboiboy?" mendengar putrinya memanggil laki-laki yang dicintainya, Sang Ayah sedikit terkekeh sambil menggoda putrinya.
"Yaya..."
Yaya yang tadinya senyum-senyum sendiri karena digoda ayahnya kini ekapreainya langsung berubah. Terdengar suara Boboiboy yang serak seperti sedang menangis.
"Ada apa Boboiboy? Kau okey?" tanya Yaya panik.
Laki-laki di seberang sana diam seperti bingung ingin berkata apa, ia hanya terus-terusan terisak sampai akhirnya ponsel itu diambil alih oleh Ochobot.
"Cepat datang ke rumah Almarhum Tok Aba, Yaya..." pinta robot itu dengan nada sedih.
.
.
.Yaya dan Pakcik Yah segera menuju rumah duka. Keadaan disana sangat ramai, jenazah sudah dimandikan dan sekarang sedang disholatkan. Banyak orang yang datang dari berbagai kaum, karena Tok Aba sendiri orangnya ramah, jadi banyak yang menganalnya.
Yaya mengikuti ayahnya untuk menyolatkan Tok Aba lebih dulu. Setelah itu ia langsung berlari ke kamar Boboiboy yang ada di loteng rumah.
Dari arah tangga sangat jelas suara tangisan Boboiboy yang sangat histeris, sampai sebegitunya Boboiboy merasa kehilangan kakeknya. Mengingat sejak kecil ia dibesarkan bersama kakeknya, satu-satunya orang yang selalu menasehatinya dikala ia kesulitan. Begitu besar peran Tok Aba dalam hidupnya.
Yaya terdiam diambang pintu kamar Boboiboy. Melihat bagainana laki-laki itu sedang ditenangkan oleh Mara, Gopal dan Fang.
Melihat ada Yaya, ibu Boboiboy langsung mendekat. Ia memeluk tubuh gadis itu sambil terisak, Yaya yang peka menepuk-nepuk punggung wanita itu.
"Yaya turut berduka cita Makcik..." lirih Yaya. Mara langsung melepas dekapannya, "Tolong jaga Boboiboy kejap ye Yaya... Makcik nak sholatkan Atok dulu ye..." ucapnya sebelum menuruni tangga.
Melihat kedatangan Yaya, Fang, Ying dan Gopal sedikit memberikan ruang. Boboiboy masih menangis ditepi ranjangnya, dengan cepat Yaya memeluknya, mengusap lembut punggung laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR MY HEART 2 : BOYA
FanfictionBOBOIBOY X YAYA FANFICTION "Say and give me certainty" Yaya mengakui bahwa dirinya juga menyukai Boboiboy, namun ibunya tidak mengizinkannya memiliki hubungan dengan laki-laki selain teman. Apapun itu, Boboiboy tetap senang dan mereka saling komitme...