4. Perjanjian

1.5K 240 0
                                    

Sejak tadi Chryssant tidak tidur, dia hanya memadamkan lampu kamarnya karena sadar di perhatikan dari atap salah satu bangunan yang berjarak agak jauh, tapi Chryssant tau itu pasti orang yang sama dengan di penginapan sebelumnya.

Para perampok yang menjarah para bangsawan tanpa ampun, katanya begitu. Chryssant rasa orang-orang ini hanyalah manusia-manusia bodoh yang memiliki nyali untuk bermain-main dengan para bangsawan.

Menutup matanya, Chryssant dapat mendengar suara pintu balkon di buka dari luar.

Suara langkah kaki, sekitar lima sampai enam orang yang masuk. Ini akan sedikit merepotkan sepertinya.

Meskipun dia hanya menjadi bank darah bagi Ayahnya, dia tetap dibekali kemampuan untuk bertarung. Hanya sedikit. Tapi itu lebih dari cukup.

Membuka matanya, Chryssant melempar satu belati ke kaki siapapun yang berada di dekat sofa.

Melompat dari tempat tidurnya, Chryssant menyerang satu dari perampok yang masuk, membuatnya tumbang dengan luka di lengan.

"Heh... Kalian sepertinya salah kamar." Chryssant turun dari ranjang, dua orang itu sudah tergeletak tidak bergerak. Mereka tidak mati, hanya saja racun di pedang dan belati itu bisa membuat mati rasa dan lumpuh total untuk beberapa saat.

"Tangkap dia!"

Sepertinya orang-orang ini terlatih bertarung dalam kegelapan, ya tapi Chryssant juga ahli dalam hal ini

Menyayat salah satu kaki perampok dan lengan satu orang lainnya, Chryssant baru menyadari jika mereka semua memakai topeng dengan warna yang sama namun berbeda ekspresi.

Lampu menyala, membuat Chryssant menyipitkan matanya karena cahaya terang tiba-tiba masuk ke retina matanya.

Saat ia sadar, sebuah pedang sudah menembus perutnya.

"Mati!"

Darah keluar dari mulut Chryssant, dengan gaun tidurnya yang berwarna putih ternoda darah.

Meringis, Chryssant menggerakkan tangannya, menusuk bahu orang itu dengan belati yang ada di balik gaunnya.

"Tidak semudah itu." Chryssant mendorong orang terakhir itu.

Pedang yang menembus hingga ke belakang sedikit merepotkan, Chryssant menarik pedang itu. Membuangnya ke sembarang arah.

Terduduk di ranjang, Chryssant menatap lima perampok yang tampak kaku pada posisi masing-masing.

Luka di perutnya sudah kembali seperti semula, meskipun lukanya sembuh dengan singkat tapi masih ada rasa sakit yang terasa saat ditusuk pedang itu.

Mengusap mulutnya yang mengeluarkan darah dengan lengan baju, Chryssant berdiri.

Tampaknya bukan hanya dia yang kedatangan tamu. Suara dari kamar sebelah juga tampak lebih parah dari yang ia alami tadi.

"Kakak, kau baik-baik saja?" Archele tampak keluar dari kamarnya, dengan darah di pakaian laki-laki itu. "Kau terluka?"

"Sudah sembuh, kau tenang saja." Chryssant mengibaskan tangannya. "Pergilah lihat ketempat lain, mereka sepertinya membantai semua orang disini."

"Baiklah." Archele berjalan, membawa pedang penuh darah. Bahkan tidak peduli malah dengan sengaja mengibaskan pedang itu, membuat dinding putih bangunan itu terkena dampaknya.

Chryssant berjalan, dia akan melihat keadaan putra keluarga Zavrion. Hanya penasaran seberapa kuat si penggoda wanita itu.

Darah adalah hal pertama yang Chryssant cium saat membuka pintu ruangan tersebut, dia menyalakan lampu dan bersiul pelan saat melihat darah serta mayat yang berada di ruangan tersebut.

TAWS (4) - ChryssantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang