Ketika sadar yang pertama kali ia lihat adalah langit-langit ruangan yang sangat ia kenali, bahkan ada Siro yang mendekat setelah tau tuannya telah bangun.
Chryssant menyentuh lehernya, rasa sakit itu masih seperti menghantui. Helaan nafas panjang yang hanya bisa keluar dari mulut gadis itu.
"Bangun juga." Chryssant menoleh ke arah pintu, itu Ibu Noah. Sekarang dia sedang malas berhubungan dengan apa yang ada hubungannya dengan Noah. "Sarapan?"
Ingin menolak tapi ia lebih baik menurut. Chryssant merubah posisinya menjadi duduk. Seakan tau jika Chryssant tidak menyukai kehadiran Ibu Noah, Siro naik ke atas selimut yang Chryssant pakai. Mata Siro yang biasa tenang menatap dengan waspada.
"Dia mungkin akan menggigitku sebentar lagi." Ibu Noah bukan tipe orang yang banyak berbicara atau berbasa-basi, dia cukup tegas dan tidak terlalu sering muncul. Sama misteriusnya dengan anak-anaknya, terutama si Noah. Dia adalah Istri pertama Justine Kacisea. Dia adalah Duchess yang sesungguhnya.
Chryssant menyentuh kepala Siro, membuat ular itu agak mundur tapi tetap berada di dekat Chryssant. "Beruntung, aku tidak mati."
Fiona Kacisea hanya memberikan semangkuk sup pada Chryssant, tidak membalas ucapan gadis itu.
Memilih untuk menurut, Chryssant memakan sup yang diberikan. Dia tidak terlalu ingat apa yang terjadi setelah dia lepas dari Noah, intinya dia tidak akan pernah mau dekat-dekat lagi dengan Noah. Laki-laki psikopat itu.
"Ini kali kedua, ya?"
"Tiga." Chryssant masih memakan supnya.
Alasan mengapa Chryssant tidak mau dekat atau bahkan melihat Noah hanya satu. Noah beberapa kali mencoba membunuhnya. Dia mengalami trauma yang cukuplah berat dulu sampai sekarang tapi rasa yang ada lebih mirip ingin menghancurkan Noah.
Saat pertama kali Chryssant berada di rumah ini orang pertama yang melakukan hal gila adalah Noah. Umur Chryssant dan Noah terpaut delapan tahun, laki-laki itu sudah cukup besar saat Chryssant datang.
Gilanya Noah yang kala itu sedang berlatih pedang dengan beberapa pelatih berlari dan tiba-tiba menusuk dada Chryssant. Terima kasih pada darah ajaibnya, tapi rasa sakitnya masih sangat luar biasa. Dia tinggal di Mansion depan sampai akhirnya dia perlahan bisa menerima semua. Tabib datang berulang kali sampai Chryssant beranjak remaja.
Itu ulang tahun ke tiga belas Chryssant, Noah datang setelah tugas panjang dari Ayah mereka. Laki-laki itu datang menemui Chryssant setelahnya dengan membawa buah beracun yang dosisnya sangat tinggi dan memaksa Chryssant meminumnya. Bahkan seekor sapi bisa langsung mati hanya dengan setetes. Sekalipun Chryssant telah terbiasa dengan racun kala itu dosis racun yang ia peroleh masih kecil. Racun buah itu sangat mematikan.
Lalu tadi malam, psikopat itu mencekik leher Chryssant di perpustakaan.
Tangan Chryssant sejujurnya gemetar saat malam itu, dia memiliki firasat buruk. Dia meminta pada Siro untuk datang ke kamar Mariposa dan membawa Mariposa ke perpustakaan, dia tau akan ada sesuatu.
Chryssant sudah berniat keluar setelah mengambil buku yang ada di rak atas itu, siapa sangka Noah memanfaatkan kesempatan itu.
Sampai detik ini Chryssant tidak tau mengapa Noah selalu ingin menghabisinya. Jawaban paling logis adalah karena rambut putih yang Chryssant memiliki, bahkan dia sendiri tidak menyukai itu.
"Kau sangat mengingatnya." Fiona menatap Chryssant yang meliriknya tajam. "Noah akan di hukum."
Chryssant hanya diam. Fiona bukan tipe yang akan membela anaknya, tapi tidak juga menyalahkan anaknya. Dia berada di pihak netral. Padahal lebih jelasnya Fiona hanya tidak peduli akan apa yang terjadi.
"Lebih baik dia mati." Chryssant meletakkan sendoknya di dalam mangkuk. "Psikopat gila."
Tidak, Fiona hanya diam. Wanita ini memang seperti patung yang kebetulan bernafas, tanpa perasaan atau tanpa kepedulian. Hanya hidup dan begitu saja.
"Ayahmu sudah menangani." Fiona meraih mangkuk yang di pegang Chryssant meletakkan di atas nampan.
Chryssant menatap Fiona. "Kenapa Bibi kemari?"
Atas permintaan Ayahnya, dia memanggil Fiona seperti itu. Dia punya panggilan masing-masing untuk tiap istri Ayahnya. Chryssant tidak akan pernah rela memanggil Ibu pada orang-orang ini.
Fiona tampak melirik Siro yang kembali naik ke atas selimut, dekat dengan Chryssant. Ular kecil itu sangat mematikan padahal ukurannya kecil.
"Noah tidak menyukaimu." Semua orang yang juga tau tentang itu, apalagi kejadian semalam, sudah pasti. "Itu karena aku."
Chryssant memberikan tatapan bibingung. Karena Fiona? Kenapa? Tapi Chryssant hanya diam, dia tidak mengeluarkan pertanyaan yang ada di kepalanya.
"Dia membenci Ibumu karena aku."
"Ibuku?" Chryssant menatap Fiona dengan tatapan bercampur aduk. "Siapa?"
Fiona meraih sesuatu dari balik gaunnya. "Aku tidak menyukaimu karena dia, tapi itu sudah masa lalu dan dia sudah mati. Itu tidak perlu lagi."
Selembar kertas. Seorang wanita berambut putih panjang, mata yang tampak teduh, duduk di sebuah kursi. Ah, ini Ibunya?
Air mata Chryssant jatuh perlahan, dua puluh tahun ia baru tau bagaimana wajah Ibunya sendiri. Kali ini dia yakin jika Ibunya bagian Aorcha.
"Aku tidak perlu menjelaskan siapa Ibumu, kau pasti tau dia dari mana." Fiona hanya menatap Chryssant yang menangis. "Ayahmu tidak menyukai masa lalu yang telah berlalu. Tidak ada yang mau menceritakan itu juga."
"Dia meninggal karena aku?" Chryssant tau ini klise, tapi ia rasa begitu. Ibunya meninggal karena dirinya.
Fiona menggeleng. "Tidak ada yang tau."
"Hah?" Chryssant menatap Fiona. "Apa maksudnya?"
Fiona melirik ke jendela, ada seekor gagak yang bertengger di pinggiran balkon, tampak mengawasi. "Sampai disini saja." Fiona berdiri, mendorong kertas yang Chryssant pegang ke bawah selimut. "Ayahmu memperhatikan."
Chryssant menoleh ke arah balkon, gagak itu tidak bersuara tapi Chryssant yakin jika gagak itu sedang memperhatikan. "Boleh aku minta penjelasan lagi?"
Fiona mengangguk. "Tunggu kita tidak berada di rumah ini."
Fiona berbalik, membawa nampan berisi mangkuk Chryssant yang telah kosong keluar.
"Siro." Ular putih itu tampak menatap Chryssant. Kali terakhir Siro mendekat pada Chryssant bukan karena Fiona tapi karena gagak itu, Siro sudah memberitahu Chryssant jika gagak itu datang dan memperhatikan. Tetapi dia abaikan, dia masih ingin mendengar penjelasan.
Ibunya. Dia akhirnya tau bagaimana wajah ibunya setelah sekian lama. Dua puluh tahun.
Chryssant menghela nafas, dia mengusap air matanya yang tersisa di pipinya.
Ibunya bukan meninggal karena dirinya? Lalu?
Ia memang datang ke dunia ini sejak baru lahir tapi ingatannya tentang kehidupan sebelumnya datang saat dia berada di rumah ini, saat dia mulai meminum semua racun dan pingsan. Sebelum itu dia hanya hidup seperti anak normal pada umumnya. Dia juga tidak ingat bagaimana bisa dia sampai di rumah itu.
Dia tidak mengingat apapun. Seperti ingatannya tidak ada. Padahal normalnya sejak umur lima tahun dia bisa mengingat sesuatu, tapi ia tidak mengingat apapun.
Chryssant mengusap wajahnya.
. . .
Tandai kalau ada typo ;)
9 Juni 2024

KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (4) - Chryssant
FantasiThe Another World Series (4) - Chryssant Cerita berdiri sendiri. Satu-satunya masa depan yang Chryssant tau akan mengancam nyawanya adalah kehancuran Kacisea. Dia ingin merubah itu, hanya untuk dirinya. Untuk apa repot-repot menyelamatkan keluarga...