37.

923 143 7
                                    

Trang!

Belati itu terpental beberapa meter sampai menancap pada akar pohon. Dia akan berterima kasih pada siapapun itu.

Memanfaatkan keadaan Chryssant memberontak dan menendang orang yang menahan kakinya. Kekuatan paling besar yang Chryssant miliki memang di kakinya. Menendang orang-orang menyebalkan adalah salah satu kesukaan Chryssant.

Chryssant menebas lengan salah satu orang tersebut sebelum beberapa lainnya terkena panah.

"Kau bisa berdiri?"

Suara itu membuat Chryssant mendongak, rambut emas itu tampak bergerak saat turun dari kuda. Busur ditangan laki-laki sudah jelas siapa yang menolongnya.

Chryssant mengangguk pelan, dia berdiri dengan bantuan pedang miliknya. "Aku baik-baik saja."

Seraphiel mengangguk pelan, dia menatap sekitar tidak ada lagi orang-orang itu. "Kau terluka?"

"Tidak." Chryssant menggeleng. "Kalaupun ada itu akan langsung sembuh juga."

Chryssant berjalan menuju belati yang menancap pada akar pohon tersebut, aroma racun itu masih menguar. Kenapa rasanya racun ini berbahaya?

Racun jenis apa ini?

"Apa itu?" Seraphiel yang wajahnya tertutup setengah oleh kain mendekat.

Chryssant menggeleng. Pohon yang akarnya terkena racun dari belati ini bahkan layu mendadak. Racun ini pasti sangat kuat.

"Lebih baik kita kembali."

Mengangguk pelan, Chryssant menyimpan pedang dan belati miliknya. Dia menatap belati aneh ditangannya, dia harus membawa benda ini dan menujukan pada Gina.

"Awas!"

Sebuah anak panah hampir mengenai Chryssant namun sebongkah es besar menahan serangan itu. Sayangnya seluruh hutan menjadi beku.

"Aduh!" Karena kaget dan menginjak daerah es yang licin jari Chryssant mengenai belati aneh yang ia pegang sejak tadi.

Seraphiel mendekat, agak panik. "Kau terluka."

"Ini akan hilang sebentar lagi." Chryssant meminta agar Seraphiel jangan khawatir.

Darahnya keluar cukup banyak dari luka segaris di jarinya. Ini aneh, kenapa darahnya tidak berhenti juga?

"Itu tidak berhenti." Seraphiel yang sadar jika darah yang keluar dari luka itu tidak berhenti juga akhirnya bersuara, bahkan darah itu sudah berjatuhan di atas es.

"Jangan di lepas." Chryssant cepat-cepat bersuara saat Seraphiel hampir melepaskan kain yang menutup setengah wajahnya. "Asapnya masih ada."

Seraphiel mengangguk, dia akhirnya merobek kain kemejanya dan melilit di luka Chryssant. "Bukankah harusnya lukamu cepat sembuh?"

"Aku juga tidak tau." Chryssant menggeleng. "Normalnya begitu, tapi ini tidak."

Seraphiel mengangguk. "Ayo kembali." Perlahan hutan yang membeku itu kembali seperti semula. Air-air hasil es yang memcair membuat tanah sedikit basah.

"Chryssant!" Itu suara Mariposa yang datang bersama Noah.

Seraphiel berdiri di depan Chryssant saat Noah mendekat. "Di situ saja."

Noah menurut, dia diam di tempatnya sedangkan Mariposa berlari mendekat pada Chryssant.

"Ini darahmu?" Mariposa menatap bekas darah pada rerumputan. "Kau baik-baik saja, kan?"

Chryssant mengangguk. "Hanya ada sesuatu yang aneh." Chryssant membalut belati yang melukai tangannya dengan kain. "Ada racun di belati ini, lukaku tidak bisa sembuh seperti biasanya."

TAWS (4) - ChryssantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang