1. Hari Biasanya

2.2K 265 2
                                    

Satu lagi suara teriakan dapat Chryssant dengar, suara yang berasal dari taman belakang rumah mereka.

Paling-paling salah satu saudaranya yang iseng. Dia hanya bisa berharap siapapun yang terkena keisengan itu tetap bertahan hidup jika bisa. Dia tidak terlalu berharap.

Chryssant berjalan mendekat ke jendela, benar saja. Salah satu dari saudaranya tampak mengusap darah yang tertinggal di pipi sambil berjalan diikuti beberapa pelayan.

Kacisea.

Adalah nama belakangnya. Chryssant Kacisea. Ya dia adalah anak dari Justine Kacisea, kepala keluarga Kacisea.

Justine, Ayahnya adalah pecinta hewan. Karena itu di rumahnya banyak hewan hidup, dari yang normal sampai tidak normal seperti di dalam sumur yang tidak mau Chryssant datangi.

Justine memiliki tiga istri, yang hidup. Sisanya entah apa yang terjadi, termasuk Ibu Chryssant.

Dia adalah anak haram, katakan saja begitu. Dia tidak pernah sekalipun melihat ibunya. Dia juga awalnya tidak diakui anak Justine kerena darahnya yang berbeda. Tapi dia memiliki mata khas yang dimiliki Ayahnya itu. Mata khas turun temurun yang tidak ditemui pada setiap generasi namun selalu ada. Dia memilikinya.

Dulu dia hampir dibunuh, alasannya karena dia adalah hasil hubungan gelap. Dan para Istri Ayahnya tidak setuju, tapi saat mereka memberikan racun pada Chryssant tidak ada yang terjadi, dia selamat. Saat diminumkan darah racun Ayahnya dia juga selamat. Dari situ dia dibiarkan hidup. Walau dia memiliki ciri khas jika tidak ada kemampuan untuk apa.

Kini, dia hanyalah gadis berumur tujuh belas tahun yang dianggap ada dan tidak ada di rumah besar ini. Itu tidak terlalu penting juga. Lagipula dia tidak terlalu berharap pada keluarga aneh ini.

Chryssant menghela nafas, darahnya selesai diambil. Seorang pelayan langsung menarik jarum yang menancap pada tangan Chryssant lalu menutupnya dengan kapas alkohol.

Sekantong darah sudah diambil hari ini. Kegiatannya setiap minggu, dia akan diambil darahnya dan akan disimpan jika sewaktu-waktu ada masalah.

Kalau saja dia tidak sespesial ini, pasti dia sudah mati sejak lama. Apalagi melihat kegilaan keluarga ini.

Chryssant berbaring di atas kasurnya, hari ini cuaca agak panas membuat dia semakin malas untuk keluar dari kamarnya.

Satu hal yang Chryssant sadari setelah lama tinggal di tempat ini, dunia ini adalah dunia novel.

Novel lama yang pernah ia baca, dia sudah lupa dengan banyak alur yang ada.

Hanya satu yang dia tau. Putri dari keluarga Kacisea adalah pemeran utama dari cerita ini.

Cerita dengan akhir yang agak tragis dimana seluruh keluarga ini nantinya akan mati karena Putri kedua dari keluarga ini jatuh cinta pada pemeran utama laki-laki yang tidak lain dan bukan adalah Pangeran Mahkota.

Pangeran Mahkota telah memiliki tunangan yaitu anak dari salah satu keluarga inti dan tentu lebih di restui.

Sedangkan Kakak Chryssant nantinya akan menjadi cinta si Pangeran Mahkota. Karena cinta keduanya yang tidak akan pernah mendapatkan restu, keduanya melarikan diri. Hasilnya, seluruh keluarga inti dan kerajaan mengira bahwa keluarga Kacisea menculik Pangeran dan membantai habis seluruh keturunan Kacisea. Tanpa terkecuali.

Semua keluarga bahkan kerajaan nyatanya membenci keluarga mereka, hanya karena mereka memiliki pengaruh kuat dan tampak tidak tertembus saat ada kesempatan tentu akan di manfaatkan.

Saat keduanya kembali dan menjelaskan semua mereka di pisahkan dan akhirnya cinta mereka harus terpisah oleh maut. Semua keluarga Kacisea resmi mati. Tanpa tersisa.

Pangeran Mahkota yang stress memilih mengakhiri hidupnya sendiri. Dan itulah akhir cerita ini.

Dia hanya perlu melarikan diri saat kejadian itu, intinya dia harus menghindari kejadian itu. Tidak ada yang lain.

Untuk sekarang dia harus siap bersedia menjadi pendonor darah untuk keluarga ini.

"Ini minuman anda."

Chryssant menoleh, mengangguk pada pelayan yang meletakkan susu dengan warna agak gelap.

Obat penambah darah serta vitamin yang dimasukkan ke dalam susu adalah alasan mengapa minuman itu berwarna aneh.

Dia benci aroma obat itu, dengan susu aroma itu tersamarkan dengan baik. Daripada mencium bau aneh.

Chryssant duduk, meraih gelas berisi susu itu dan meminumnya hingga setengah.

Terimakasih pada darah spesialnya hingga dia masih bisa hidup sampai sekarang, bahkan di perlakukan baik.

Walau masih banyak yang mengata-ngatai dia atau mengatakan dia anak haram. Entah para pelayan maupun keluarganya.

Sebenarnya hal yang membuat Chryssant paling di benci bukan karena dia anak haram, itu bukan hal baru. Tapi rambut putihnya yang sama persis dengan milik keluarga yang agak tidak akur dengan keluarganya.

Ciri khas yang di miliki oleh keluarga Aorcha. Walau rambutnya putih seperti itu, dia bukanlah bagian dari keluarga itu. Jika iya, kenapa dia ada di neraka ini?

Lagipula matanya menjelaskan semuanya. Mata yang jika di dunianya dulu dikatakan adalah sebuah kelainan. Namun di sini dikatakan adalah sebuah ciri khas yang tidak selalu ada di setiap generasi.

Berkat dia dua generasi mendapatkan ciri khas tersebut. Mata dengan warna emas di sebelah kanan dan warna ungu di sebelah kiri.

Dia kadang merasa aneh dengan warna mata yang terlalu berbeda itu tapi jadi satu kebanggaan juga karena dengan sekali lihat orang akan tau siapa dia.

Suara ketukan pintu membuat Chryssant menoleh, salah satu orang yang dia benci di rumah ini tampak datang menemuinya.

Si pemeran utama wanita.

Mariposa Kacisea.

"Kau kelihatan pucat." Mariposa berdiri di samping Chryssant yang menghabiskan susunya.

"Ya, darahku sangat berharga sampai setetespun tidak boleh tertinggal." Chryssant tersenyum. "Ada perlu apa sampai Kakak kemari?"

"Tidak." Mariposa, rambut merah muda dengan mata ungu itu tersenyum. "Aku hanya ingin melihat adikku."

Chryssant tersenyum. "Maafkan aku, Kakak. Aku tidak bisa bermain-main untuk hari ini."

"Ah, kau tidak menyenangkan." Kebiasaan buruk keluarga ini adalah menyiksa, Ayah mereka pecinta hewan jadi tidak ada yang boleh menyakiti hewan, tapi untuk yang lain bebas. "Ayah selalu menguasai semua." Mariposa mengangkat dagu Chryssant.

Chryssant tau apa yang Mariposa mau, darahnya tentu. Dengan itu Mariposa dapat menyiksa siapapun tanpa takut korbannya akan mati karena darah Chryssant dapat menyembuhkan hingga tanpa bekas.

"Mainanmu itu masih hidup?" Chryssant menurunkan tangan Mariposa yang memegang dagunya.

"Berkat kau, ya." Mariposa melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku benci Ayah yang selalu mendapat semua."

Darahnya hanya akan digunakan untuk yang penting-penting saja, artinya jika untuk bermain seperti yang Mariposa mau tidak akan diberi izin.

"Aku akan mati jika kau mengambil darahku lagi. Aku masih penting dirumah ini." Chryssant tersenyum.

Mariposa menarik ujung bibirnya. "Sayangnya begitu. Kau masih terlalu penting untuk mati." Mariposa memegang kedua pipi Chryssant. "Matamu sangat menyebalkan."

"Aku sama bencinya dengan itu."

Mariposa tersenyum, dia menepuk kepala Chryssant. "Setidaknya besok berikan aku sedikit, aku perlu itu."

"Tentu." Mariposa tersenyum, dia berjalan keluar dari kamar Chryssant.

Senyuman di wajah Chryssant luntur, dia mendengkus. "Aku bukan gudang darah."

. . .

TAWS (4) - ChryssantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang