27.

895 138 1
                                    

"Ada apa ini?"

Kenapa ada yang datang? Padahal Chryssant ingin sedikit menjahili Nona ini lagi.

"Kenapa kau membawa tamu kemari, Biancia?"

Chryssant menatap siapa yang datang, kenapa harus orang ini di saat yang seperti ini? Semua yang Chryssant lakukan akan sia-sia!

"A-aku minta maaf, Kak." Biancia menundukkan kepalanya. "Aku juga tidak tau mengapa aku bisa kemari."

Biancia menutup wajahnya dengan kedua tangan, bahunya tampak bergetar karena menangis.

Rasanya keinginan untuk menangis pura-puranya hilang begitu saja. Kenapa gadis ini malah ikut-ikutan menangis saat Kakaknya datang? Benar-benar.

Chryssant mengusap air matanya sambil menatap ke arah lain, dia tetap melakukan sandiwaranya dengan beberapa kali bersin.

Calisto, menghela nafas panjang. "Berhenti menangis Biancia." Mata itu menatap gadis yang berdiri di belakang adiknya, tampak lebih kacau lagi. "Pergilah ke kamarmu, biar aku yang jelaskan semua ke tamu-tamu."

"Ta-tapi Kak.. "

"Pergilah." Biancia mengangguk pelan dia menunduk ke arah Chryssant. "Maafkan saya Nona Chryssant, saya tidak bisa menemani Nona."

Chryssant tersenyum. "Tidak apa-apa Nona."

Biancia akhirnya pergi setelah itu, dia diikuti oleh semua hewan yang ada di dalam ruangan itu. Sepertinya hewan-hewan itu bukan milik Ayah mereka tapi milik Biancia.

Calisto menghela nafas, dia melirik pintu sebelum menutupnya. "Kau salah satu tamu Biancia?"

"Begitulah." Chryssant menghapus semua sisa-sisa air matanya. "Dia adikmu?"

Calisto mengangguk. "Kau alergi terhadap hewan?"

Pura-pura saja, walau dia yakin Calisto tau dia sepenuhnya berbohong. "Hm. Tepatnya pada hewan berbulu."

"Itu mengapa kau memelihara ular?" Calisto meraih segelas air dan memberikan pada Chryssant.

Chryssant meraih sebuah pil dari wadah kecil yang ia bawa, katakan saja agar lebih meyakinkan. Padahal itu hanya darahnya yang dalam bentuk tablet. Chryssant meminum pil tersebut sebelum menatap Calisto.

"Hidupmu sangat baik disini." Chryssant meletakkan gelas di tangannya di atas meja. "Adikmu baik."

"Kenapa kau kemari?"

"Apa? Kau kira aku sengaja?" Chryssant mendengus. "Rasa bencimu masih sama saja."

Laki-laki itu terdiam. "Ayo keluar dari sini." Calisto berbalik dan berjalan keluar.

Chryssant menarik ujung bibirnya, dia meraih sesuatu yang sejak tadi ia ambil dari atas meja. Mungkin bisa jadi sebuah petunjuk.

"Kalian benar-benar pecinta hewan." Chryssant berjalan sambil menatap sekitar, dia harus mencari beberapa informasi. "Apa Duke sedang pergi?"

Calisto mengangguk. "Dia ada di luar kota."

Chryssant mengangguk. "Aku tidak menyangka kau memiliki penawar Bisa ular."

Awalnya Chryssant kira Calisto mungkin sadar akan obat yang selama ini Chryssant berikan, tapi aroma dari obat itu tidak ada darah sama sekali dalam campurannya. Walau warnanya pekat.

"Aku agak penasaran dan mencari penawarnya." Calisto tampak jauh lebih tinggi dari waktu itu. Chryssant juga baru sadar saat kejadian di Istana. Sekarang dia bertemu lagi dengan Calisto.

Chryssant mengangguk, dia menatap meja pesta teh mereka yang masih ramai dengan cerita. "Katakan saja tadi ada serangga menakutkan yang membuatku takut sampai menangis." Calisto menatap Chryssant lalu mengangguk pelan.

TAWS (4) - ChryssantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang