3. Pertemuan

1.7K 213 0
                                    

Tempat langganan yang biasa ia gunakan untuk tinggal katanya terjadi pembantaian pada seluruh pegawai dan tamunya.

Chryssant tidak terlalu menyukai tempat lain selain penginapan ini, karena tempat ini yang agak tertutup meskipun pelayanan mereka tidak begitu baik.

"Mereka di bantai." Archele mengacak rambutnya. "Aku akan cari tempat lain. Kau tunggulah di dalam kereta."

"Tentu." Chryssant mengangguk.

Archele pergi dengan beberapa pengawal yang masih tinggal karena tugas mereka belum selesai untuk mengantar Chryssant sampai ke penginapan.

Chryssant berjalan memasuki lobi penginapan itu yang penuh dengan mayat yang di tutupi oleh kain.

Aroma darah masih kentara tercium. Kalau tidak biasa mungkin akan merasa jijik dengan aroma ini, sayangnya Chryssant sudah terlalu biasa. Bahkan aroma Archele saja mirip darah tadi.

"Nona."

Chryssant menoleh, siapapun yang ia tatap itu terlihat kaget. Ya, itu reaksi biasa orang-orang saat melihatnya. Karena rambutnya yang putih pasti orang akan mengira dia adalah bagian dari Aorcha, tapi saat melihat matanya mereka akan tau siapa dia.

Ah, dia tau siapa laki-laki ini, si penaklukan wanita. Putra ketiga dari keluarga Zavrion, Seraphiel Zavrion.

"Selamat malam." Chryssant mengangguk, sedikit tersenyum.

Seraphiel tampak tersenyum, dia tidak menyangka akan melihat salah satu dari keluarga terkutuk di tempat seperti ini.

"Kau bukan dari Aorcha, kan?" Seraphiel menatap perempuan berambut putih itu.

"Menurutmu aku berasal dari mana?" Chryssant menatap Seraphiel.

"Kacisea." Chryssant mengangguk pelan. "Kau dari keluarga terkutuk itu?"

"Terimakasih atas pujiannya, aku tersanjung." Chryssant tersenyum. "Kau pasti Seraphiel Zavrion."

Hanya ada satu Zavrion yang sering muncul dan terkenal dengan kegilaanya terhadap wanita, Seraphiel Zavrion. Rambut laki-laki itu menjelaskan semua.

Seraphiel menarik ujung bibirnya. "Andai saja kau bukan Kacisea, mungkin aku akan mengajakmu ke tempatku sekarang."

Siapa juga yang mau. Dalam hati Chryssant seperti berteriak. Katakan saja Seraphiel memang seperti dibilang orang-orang, tampan dan rupawan, namun minus jika di depan wanita.

"Terimakasih atas tawarannya." Chryssant berjongkok, membuka salah satu kain penutup yang menutupi tubuh yang ada du hadapannya.

Ada luka besar di dada dan leher orang itu, tampaknya pembunuhan yang agak brutal. Tapi itu hal biasa di mata Chryssant, bahkan dia melihat sendiri kepala manusia menggelinding hingga ke kakinya.

"Lumayan." Chryssant menoleh, menatap Seraphiel yang ikut memperhatikan mayat tersebut. "Kau tidak terlihat takut."

"Kau pasti tau kenapa aku tidak takut." Chryssant menutup kembali mayat tersebut. "Sepertinya mereka dibantai dengan kejam, mungkin perampok atau sejenisnya."

"Aku kira keluargamu mungkin yang melakukan ini." Seraphiel menatap mata berbeda warna itu, tampak cantik namun mematikan. "Kalian beruntung masih dianggap sebagai bangsawan meskipun melakukan banyak kejahatan."

Chryssant tersenyum, dia mendekat pada Seraphiel. Membisikkan sesuatu di telinga laki-laki itu. "Aku bisa membunuhmu disini kalau aku mau."

Chryssant berdiri, dia berjalan keluar dari lobi penginapan tersebut dengan senyuman sinis mengarah pada putra ketiga keluarga Zavrion.

TAWS (4) - ChryssantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang