14. Ruangan Es

1.2K 197 0
                                    

"Sepertinya Ibumu ingin aku jadi menantunya."

Taman yang cukup luas dengan suasana tenang. Matahari tidak terlalu terik tapi Chryssant harus rela membawa sebuah payung.

Tidak ada pelayan ataupun penjaga yang ikut atas permintaan Seraphiel. Duchess Zavrion yang mendengar itu tentu mengira anak laki-lakinya ingin berbincang dengan kekasihnya tanpa ada gangguan dari orang lain. Padahal itu hanya agar keduanya bisa berbicara dengan lebih santai tanpa harus berpura-pura saling peduli satu sama lain.

Seraphiel berdecak. "Ibuku memang seperti itu. Terlalu baik."

Benar, sangat kentara jika Duchess Zavrion adalah tipe orang yang terlalu baik dan mudah percaya pada orang lain. Jika Chryssant seperti itu di Kacisea dia pasti sudah mati sejak awal.

"Duchess orang luar pertama yang menyambutku sehangat itu." Reputasi buruk dan bahkan memiliki ciri khas yang paling mencolok membuat Chryssant langsung diberikan kata-kata buruk jika bertemu orang lain. Duchess Zavrion pengecualian, bahkan respon yang sangat tidak terduga yang Chryssant peroleh. "Aku tidak akan melakukan hal buruk pada Ibumu, tenang saja."

"Seharusnya begitu." Seraphiel membalas. "Kenapa kau memberikan uang pada penjaga-penjaga itu?"

Jadi Seraphiel tau? Kadang ia kaget bagaimana Seraphiel seperti tau apa yang ia lakukan.

"Sudah aku katakan, hanya Duchess yang menyambutku dengan hangat. Aku hanya melakukan apa yang baik saja, mereka terlihat tidak menyukai perintah itu jadi biarkan saja." Chryssant mengangkat bahunya. "Apa kau khawatir padaku?"

"Pertanyaan apa itu?" Seraphiel mendengkus kuat. "Kalau bukan karena perjanjian itu aku tidak akan mau berada di sekitarmu."

"Aku juga, rasanya beku." Seraphiel menoleh. "Kau di hadang oleh salah satu Kakakku saat pulang, kan?"

"Dia gila." Akhir dari pertarungan itu adalah Seraphiel yang cukup babak belur. Dia selamat meskipun agak kacau. "Aku masih tidak habis pikir dengan yang kalian lakukan dengan pelayan itu."

Chryssant tekekeh. "Kau tau hukum rimba? Itu yang terjadi di rumahku. Jangan terlihat lemah, atau menunjukkan kelemahanmu. Kau akan mati."

Seraphiel merinding, dia benar-benar tidak bisa menyayangkan hidup di keluarga itu. "Kau bahkan tidak bisa nyaman di rumah sendiri? Apa itu benar-benar rumah?"

Langkah Chryssant berhenti. Seraphiel yang sadar akan hal itu ikut berhenti.

Chryssant menatap Seraphiel yang berdiri agak jauh darinya, dia menghela nafas pelan. "Aku tidak punya rumah yang kau maksud itu." Chryssant kembali berjalan.

Seraphiel menatap Chryssant yang melewatinya. Respon yang Chryssant berikan selalu membuatnya merasa bersalah, hal-hal kecil yang biasanya dia buat menjadi candaan ataupun kata-kata yang baginya tidak penting rasanya bisa melukai Chryssant.

"Maaf." Seraphiel menyamakan langkahnya dengan Chryssant yang terkekeh. "Kenapa kau tertawa?"

"Tidak. Kau membuatku sadar akan sesuatu, itu lucu saat kau meminta maaf untuk hal tidak penting." Seraphiel menatap Chryssant. "Itu lucu."

Seraphiel tau kalau dia tidak seharusnya peduli pada Chryssant. Nama belakang gadis itu adalah bencana besar, tapi bagaimana dia bisa mengabaikan tatapan kosong itu!

"Kau mau lihat tempat latihanku?" Seraphiel berhenti di depan Chryssant. "Kau bisa melakukan apa saja di sana."

Chryssant tau tempat yang Seraphiel maksud. "Disana dingin."

Seraphiel tidak membalas ucapan Chryssant hanya menarik tangan gadis itu menuju rumah kaca besar yang dari luar saja sudah terasa suhu rendahnya.

Chryssant langsung mengusap kedua tangannya saat masuk ke dalam ruangan penuh es itu.

Ada beberapa peralatan seperti pedang, panah dan hal-hal lain yang semua dalam keadaan beku.

Ada banyak bongkahan es besar yang mirip seperti bukit kecil, ada kabut tipis yang berada di seluruh ruangan menandakan jika ruangan ini sangat dingin.

Seraphiel memegang satu tangan Chryssant. "Manaku sudah habis, kalau kau mau tetap hangat kita harus berpegangan tangan."

Chryssant memang merasakan suhu tubuhnya mulai naik, tidak lagi merasa dingin. Dia melirik tangan Seraphiel dan tersenyum geli melihat Seraphiel yang membuang muka ke arah lain.

"Jadi ini tempat latihan?" Chryssant mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tempat ini cukup luas. "Kau sendiri yang latihan disini?"

Seraphiel mengangguk. "Sihir es milikku belum sampai di titik yang aku inginkan, jadi harus ada latihan."

Chryssant berjalan pelan, Seraphiel berjalan mengikuti kemana gadis itu berjalan.

"Aku tidak tau bunga ini bisa tumbuh di suhu dingin." Ada beberapa tanaman yang hidup di dalam area beku tersebut, tidak banyak hanya beberapa. "Bunga Forget Me Not."

Bunga kecil dengan warna biru cerah tampak tumbuh dengan baik. Chryssant tidak tau jika bunga ini juga ada di dunia ini, bahkan hidup di suhu ekstreme.

"Bunga apa tadi?" Seraphiel ikut berjongkok. "Kami menyebutnya bunga Myosotis."

Namanya sama saja dengan di dunia Chryssant dulu. Berarti memang benar.

"Aku membaca di buku, arti bunga ini adalah kasih sayang dan cinta. Ini kali pertama aku melihatnya secara langsung." Chryssant tersenyum, dia menyentuh kelopak bunga kecil itu.

Seraphiel terdiam sesaat. Untuk jenis senyuman yang sering ia dapat dari Chryssant, senyuman kali ini adalah yang paling tulus dan hangat. Seraphiel membuang muka ke arah lain.

"Lomba itu beberapa hari lagi, kan?" Seraphiel bersuara. "Kalau kau mau pelayan akan memindahkan bunga itu ke dalam pot, kau bisa membawanya."

"Benarkah? Terima kasih kalau begitu." Chryssant mengangguk. "Oh, kau mengingatkanku."

Seraphiel menaikkan sebelah alisnya. "Apa?"

"Saat kau datang nanti, bisa kau bawa beberapa hal lain? Aku memesan beberapa pakaian serta hal-hal lain, tapi mereka akan datang saat hari lomba. Mereka pasti akan takut jika harus datang ke Mansion kami. Bisakah kau pergi bersama mereka? Itu akan membuat orang-orang mengira kita saling mencintai, kan? Seakan kau memberikan sesuatu padaku untuk menunjukkan seberapa kau mencintaiku." Chryssant tersenyum.

Itu hanya sebuah trik, tentunya. Chryssant akan membawa si pecinta hewan itu pergi. Malam sebelum mereka pergi ke hutan Chryssant sudah harus membawa orang itu ke Mansion depan.

Dengan banyaknya kereta yang datang ada kemungkinan agar orang itu bisa selamat.

Dia bukan baik hati, tapi ia telah mendapatkan apa yang ia mau. Dia sudah tau.

"Baiklah." Seraphiel bersuara. "Tapi kenapa tiba-tiba?"

"Bukankah itu wajar? Wanita memang menyukai pakaian dan perhiasan, kan?" Chryssant berdiri begitu juga Seraphiel. "Kau bisa, kan? Oh, jangan lakukan kesalahan yang sama lagi. Hukum rimba sangat berlaku di rumahku."

Tubuh Seraphiel menegang. Oleh satu orang saja dia sudah kerepotan, apalagi satu keluarga.

"Apa aku akan mati?" Seraphiel menatap menatap Chryssant dengan tatapan kosong. "Mereka akan langsung membunuhku."

"Ada aku, kau tenang saja." Chryssant meraih payungnya yang sepertinya sudah di penuhi salju padahal dia baru meletakkan benda itu sebentar saja. Suhu di tempat ini memang sangat dingin. "Tetaplah berada di tempat yang bisa aku lihat, kau akan aman."

"Kalau aku mati kau harus bertanggung jawab."

"Kau tidak akan mati."

. . .

10 April 2023

TAWS (4) - ChryssantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang