Pernikan yang hanya di datangi oleh keluarga. Sebuah acara yang dilaksanakan dengan perjanjian di atas cawan.
Ada dua tata cara menikah di keluarga Kacisea. Pertama adalah menikah yang sah di mata hukum, yang kedua adalah penyatuan darah.
Pasangan yang menikah akan melukai tangan mereka lalu menyatukan darah masing-masing ke dalam sebuah cawan emas berukiran rumit. Setelah itu darah tersebut akan di minum secara bergantian.
Tidak jarang pengantin yang tidak sanggup malah akan mengalami sakit karena darah yang bercampur tersebut. Darah Kacisea mengandung racun, orang biasa pada umumnya tidak tahan terhadap racun.
Karena risiko yang cukup besar itu akhirnya mereka tidak melakukan lagi minum dari cawan, mereka hanya akan menyatukan darah mereka kemudian cawan berisi darah itu akan dibakar sebagai tanda jika kedua orang itu telah menjadi satu.
Sisanya akan ada pesta besar. Apalagi ini adalah pernikanan sedarah yang hanya mereka-mereka saja. Acara yang tidak ramai tapi penuh.
"Kau mungkin sebentar lagi akan seperti itu." Chryssant melirik Mariposa yang memakan makanannya. "Kau yang paling tua setelah Wendy."
Mariposa mendengkus. "Aku tidak mau menikah."
Itu adalah keputusan yang bagus, jika saja Chryssant tidak tau akhir dari cerita ini. Dia tau semua, bahkan Mariposa tidak perlu menikah untuk membuat keluarga ini hancur.
Chryssant menatap orang-orang yang tampak bercerita, kalau dilihat-lihat mereka tampak harmonis. Saling berbincang satu sama lain, seakan mereka adalah keluarga yang hangat.
"Semua orang berpura-pura." Mariposa menoleh, dia menatap Chryssant yang tampak menatap ke arah keramaian. "Bahkan di depan keluarga sendiripun tidak ada kata lemah."
Mariposa mendengkus geli. "Apa yang kau harapkan? Tangan kita sudah terlalu kotor."
Seumur hidupnya di tempat ini dia belum pernah mengabiskan nyawa seseorang tapi dosa-dosa yang dibuat keluarganya membuat ia tidak bisa tutup mata begitu saja. Chryssant tetap bagian dalam keburukan itu. Bahkan secara tidak langsung dia menyiksa orang banyak karena darahnya.
Chryssant menghela nafas. "Apa kau pernah berpikir untuk mengakhiri semua ini?"
Mariposa menatap Chryssant dengan tatapan tidak terbaca. Putri kedua tertua di keluarga Kacisea itu menatap adiknya yang tampak menerawang.
Mendengkus geli, Chryssant mengibaskan tangannya. "Lupakan. Aku terlalu lama bergaul dengan Seraphiel, pikiranku jadi kemana-mana."
Mariposa hanya diam, dia menatap satu persatu anggota keluarganya. Ayah, Ibu, Ibunya yang lain serta saudara-saudaranya. Mereka semua hanya berpura-pura, mereka menutupi semua.
"Undanganmu sudah disebarkan?" Mariposa melirik Chryssant yang mengangguk. "Itu akan jadi acara yang besar."
"Mereka yang penasaran pasti akan datang. Itu saat-saat yang baik untuk mencari informasi." Chryssant menghela nafas. "Aku mengundang mereka tapi aku tidak yakin mereka akan datang. Bawa saja dia dengan caramu, aku tau kau pasti akan membawanya."
Mariposa menatap Chryssant cukup lama sebelum mendengkus geli. "Hah, kau seperti tau jalan pikiranku."
"Itu sangat terbaca." Chryssant terkekeh.
Acara itu berlangsung dengan paling biasa saja. Tidak ada pertengkaran ataupun darah.
Tenang.
***
Surat dari Seraphiel datang lagi, hanya bertanya bagaimana hari-hari Chryssant akhir-akhir ini.
Chryssant melirik bunga yang selalu dingin itu, menarik kursi dan duduk di depan bunga berwarna biru itu. "Andai kita berada di keadaan berbeda."

KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (4) - Chryssant
FantasyThe Another World Series (4) - Chryssant Cerita berdiri sendiri. Satu-satunya masa depan yang Chryssant tau akan mengancam nyawanya adalah kehancuran Kacisea. Dia ingin merubah itu, hanya untuk dirinya. Untuk apa repot-repot menyelamatkan keluarga...