40.

1K 164 88
                                    

Seraphiel duduk dengan wajah tertekuk, dasar guru menyebalkan. Dia tidak perlu khawatir sebenarnya, Gurunya tidak akan melakukan sesuatu yang berbahaya, tapi dia penasaran.

"Seraphiel." Seraphiel yang duduk di luar ruangan dengan wajah setengah mengantuk menoleh. "Masuklah."

Seraphiel menurut, tanpa bertanya masuk ke dalam ruangan. Dia menatap Gurunya dan Chryssant yang memanggilnya.

"Aku kira kau belum tau, jadi kau harus berada diluar." Gurunya masih duduk di sebuah kursi sedangkan Seraphiel dan Chryssant duduk di sepasang bangku kayu. "Kau sudah tau kalau darahnya bisa menjadi penyembuh?"

Seraphiel melirik Chryssant sebelum mengangguk pelan. "Ya."

"Bagaimana perasaanmu saat pertama kali tau?"

Kenapa jadi dia yang seperti di interogasi?

"Kaget dan agak geli? Aku agak merasa tidak nyaman tapi semua sudah baik-baik saja sekarang." Seraphiel melirik Chryssant yang tampak tenang. "Ada apa?"

"Tidak, hanya memastikan saja." Gurunya mengangguk beberapa kali. "Kalau kau sudah tau berarti semua aman."

Chryssant mengangguk. "Tolong di lanjutkan."

"Ibumu meninggal karena bunuh diri."

Seraphiel melirik Chryssant, tatapan gadis itu terlihat kosong sesaat. Seraphiel meraih tangan Chryssant dan menggenggamnya, gadis itu menoleh tapi hanya tersenyum.

"Kita mulai dari awal saja." Dion menghela nafas pelan. "Alamanda diambil oleh keluarganya kembali ke kediaman Aorcha karena mereka tau Alamanda hamil. Itu bisa jadi salah satu kartu AS mereka. Saat kandungan Alamanda sampai pada bulan ketiga ada hal gila yang keluarganya lakukan saaf tau Justine tidak peduli pada Alamanda atau anaknya. Setiap harinya Alamanda di minumkan berbagai macam racun agar anak itu dan Alamanda sendiri mati."

Seraphiel melirik saat merasakan remasan pada tangannya, dia yang bahkan hanya mendengar saja sudah merasa tidak nyaman apalagi Chryssant.

"Alamanda melahirkan dan sayangnya anak yang dikadungnya itu tidak lahir dengan sehat, anak itu sakit-sakitan sampai usia ketiga bulan. Mereka membuang anak itu. Satu hal yang mereka dapatkan setelah kejadian itu adalah Alamanda yang ternyata memiliki darah yang anti terhadap racun, mereka memanfaatkan hal tersebut. Alamanda terus hidup dalam kesengsaraan hingga ia tidak sanggup dan meracik racun yang membuat ia bisa mati dan akhirnya mengakhiri hidupnya sendiri."

Kisah yang tragis, mengakiri hidupnya sendiri karena terlalu sengsara. Pasti tidak mudah.

"Bagaimana kau bisa mengenal Ibuku?" Chryssant menatap Dion.

Dion terkekeh, dia menyentuh rambutnya. "Kalau kau langsung terlihat sekali adalah bagian dari Aorcha karena rambutmu." Dion melirik Seraphiel. "Kau hanya tau namaku Dion, kan?"

Seraphiel mengangguk. "Ya. Memang ada nama lain?" Selama ini yang Seraphiel tau Gurunya hanya memiliki nama Dion.

"Dion Aorcha."

Mulut Seraphiel terbuka lebar, tidak menyangka akan hal tersebut. "Kau? Aorcha?"

Dion terkekeh. "Benar, aku bagian dari Aorcha hanya aku tidak bisa berbicara pada hewan sama sekali dan tidak memiliki ciri khas itu. Mereka membuangku karenanya, tapi aku tidak sengaja bertemu Alamanda saat itu dan membantunya. Sejujurnya aku yang membantu membuat racun tersebut."

Ini informasi baru yang sangat luar biasa. Seraphiel bukan membenci Aorcha dia hanya tidak terlalu menyukai keluarga itu karena terlalu sempurna. "Mereka terlalu sempurna."

Dion mengangguk. "Tepatnya menutupi semua agar terlihat sempurna."

"Apa kau punya bukti?" Chryssant menatap Dion. "Mereka bahkan lebih buruk dari keluargaku sendiri."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TAWS (4) - ChryssantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang