1. Juragan sapi

43.8K 824 14
                                    

Dengan berbalut baju daster dan rambut dicepol asal asalan, Caca Marica mulai membersihkan rumah kos kosan yang ia sewa selama ini.

Hari ini adalah hari Minggu, saatnya pesta kebersihan. Hari ini juga Caca libur kuliah.

Caca Marica, Mahasiswa Universitas Gratamaja yang memasuki semester 6 dikejuruan menejemen. Jauh dari jangkauan orang tua, mengharuskan Caca hidup mandiri dan serba heman. Saking hematnya listrik pun kadang pas malem dimatikan.

Cewek pecinta hemat.

Caca mulai menyapu lantai kamar sesekali membereskan barang-barang yang tidak ada di tempatnya.

"Andai tas ada kakinya pasti bisa jalan sendiri ke kursi," monolog Caca yang mengambil tas yang biasa ia pakai kuliah dan menaruhnya di kursi belajar.

"Kalau buku punya sayap pasti bisa terbang dan kembali ke tempat aslinya, contohnya buku gue yang gak kembali ke tempat asalnya," sambil mengambil buku kuliah di bawah kolong ranjang Caca bergumam.

"Melakukan pekerjaan tidak dengan senang hati, maka tak akan selesai," guman Caca terakhir kalinya sebelum menghidupkan handphone dan menyetel lagu dengan folume sedang.

"Seromate seromate a make e wish"

"Astagfirullah berdebu sekali kamar ini bund."

Karena debu yang gak tau sopan santun masuk ke hidung Caca membuatnya bersin berkali kali. Dan hal itu juga membuat Caca harus membuka seluruh jendela kamarnya.

"It solimi its solimiiii...."

"Ambode next level boy...."

Tok tok tok

Suara ketukan pintu kos kosan depan membuat Caca menghentikan aksi menyapunya di ruang depan.

"Iyes, Caca here," teriak Caca dan langsung berjalan mendekati pintu, tak lupa juga sedikit membersihkan debu yang menempel di daster yang ia pakai.

Siapa tau cogan yekann, eitsss anda salah sangka.

"Eh si tuyul sama mbak sip, kenapa?"

Caca sudah berdiri di depan pintu, di depannya ada janda kembang eh salah, janda beranak satu, dia saja Siva Oktana, atau kerap Caca panggil Mbak Sip bersama anaknya yang berkisar 6,5 tahun, namanya Yutana Alamanda atau biasa Caca panggil, Yuta.

"Biasa, mau titip anak gue si Yuta. Mau kencan sama pacar, makasih sebelumnya dan ini ada nasi liwet buatan gue, buat lo. Gue tau jam segini lo belum sarapan," tanpa menungu jawaban Caca, Mbak Sip langsung keluar area kos kosan memasuki mobil, yang di perkirakan itu adalah mobil pacar Mbak Sip.

"Tiap hari kencan, kok masih menjanda," guman Caca sebelum menutup pintu dan memasuki rumah. Tenang si Yuta udah masuk dari tadi kok.

"Yut yut lo duduk manis dulu, entar kalau udah selesai semua kita main, cem biasa!"

Yuta mengangguk antusias.

Karena tuyul titipan Mbak Sip bisa di ajak kompromi, akhirnya Caca melanjutkan menyapu. Selesai menyapu ia lanjutkan dengan mengepel. Semua pergerakan Caca tidak lepas dari mata bulat milik Yuta.

Seekali Caca mengelap keringat yang menetes di pelipis dan lehernya. Kipas yang ada di pojok ruangan pun tak berfungsi dengan semestinya, karena cuaca di luar tengah panas. Panas cem kau tengok crush sama besti lo.

Aksi mengepel Caca terhenti saat ia merasakan daster di bagian pinggang di tarik, Caca menatap kebawah, "Kenapa yut?" Iya yang menarik daster Caca adalah Yuta.

"Dilap tante!" dengan mengulurkan sebungkus tisu Yuta berujar.

"Makasih Yut," Yuta hanya mengangguk.

Mas Duda (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang