Chapter 21 - Destiny

1.8K 408 121
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

✿_____✿_____✿

Lebih baik tidak dipertemukan sama sekali, daripada bertemu lalu berpisah dan tidak akan pernah bertemu lagi untuk selama-lamanya.

✿_______________✿_______________✿

"Ibu itu nggak bisa hidup tanpa Rey."

"Kata siapa?"

"Nanti kalau Rey nikah Ibu bakal ngerasa kehilangan."

"Kapan nikahnya, hm? Kapan? Ayo cepet bawa calonnya."

"Dia masih kuliah, Bu. Tenang aja."

"Udah ketebak kamu. Pantes aja baik banget."

Reyhan mengangkat telunjuk lalu menggerak-gerakkannya. "Bukan karena dia Rey baik. Tapi karena dia manusia, jadi Rey baik. Sesama manusia harus saling membantu, kan, Bu?"

"Iya. Kamu juga geer, emang dia suka sama kamu?"

"Kan ditanyain dulu."

"Oke. Semoga nggak bertepuk sebelah tangan, ya."

"Aamiin ...." Reyhan menyalimi tangan sang ibu. "Assalamu'alaikum ...."

Lena mengusap kepala sang putra. Dia pun pergi.

Baru dua detik, Reyhan kembali nongol di lawanh pintu. Ibunya menautkan alis. Putranya mendekat, kemudian memeluk ibunya. "Ucapan adalah doa, Bu. Rey tarik lagi ucapan Rey tadi. Sekarang Rey mau bilang, kalau Ibu bakal bisa hidup tanpa Rey. Ibu kan perempuan kuat. Jadi Rey yakin, Ibu bakal bisa ngejalanin hidup ini tanpa Rey. Waktu ditinggal ayah pun Ibu mampu. Jadi Rey yakin, Ibu bakal bisa."

Lena melepaskan pelukan Reyhan. "Terima kasih atas pujiannya ...."

"Rey berangkat kerja dulu, ya, Bu."

"Iya, Sayang. Dari tadi pamit terus, kapan berangkatnya?"

Sang anak nyengir dengan gaya khasnya. Kemudian keluar.

Lena berbalik.

Tak lama kemudian Reyhan masuk lagi, kemudian melingkarkan tangan di pinggang ibunya, menghentikan langkah sang ibu.

"Bunga."

Sang ibu terkejut. "Astagfirullah, Rey!" Lena berbalik, memelotot ke arah Reyhan. Putranya malah tertawa.

Lena menepuk pantat Reyhan. "Udah Ibu bilang, jangan petik bunga di depan rumah. Kamu ngeyel, deh. Nanti keliatan jelek kalau terus kamu petik."

"Uuuh uuuuh....." Reyhan menangkup kedua pipi ibunya yang cemberut. "Ya, maaf, Bu. Habisnya cantik banget, jadi bawaannya pengen kasih ke Ibu. Oke. Rey janji ini untuk terakhir kalinya. Rey nggak bakal petik bunga di depan rumah lagi." Reyhan berkata tegas. "Terima dulu, dong."

"Ini yang terakhir, ya?" Lena menerima bunga mawar itu.

"Iya! Janji! Ini yang terakhir."

Sang ibu tersenyum. "Ya udah, sana berangkat. Dari semalem kayaknya kamu ngegoda ibu terus, deh. Kamu udah balik lagi dua kali. Sekali lagi kamu dapet piring cantik."

"Namanya juga sayang." Reyhan menyalimi tangan Lena, lalu mencium pipi ibunya. Memeluknya kembali selama beberapa detik, lalu pergi.

Masih terekam di ingatan lambaian tangan terakhir Reyhan.

Wedding Dress √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang