Bismillahirrahmanirrahim
✿_____✿_____✿
Ini hanya soal waktu. Karena lambat-laun kebenaran akan segera terungkap.
✿_______________✿_______________✿
Aina membuka pintu kamar Alisa, melihat sang ayah duduk di tepian ranjang sambil menatap foto Alisa yang ada di atas nakas. Setelah mencari ke mana-mana, ternyata ayahnya sedang berdiam diri di sini. Sembari membawa secangkir kopi yang sengaja dibuat khusus sang ayah, Aina masuk dan menutup pintu.
Dengan mata yang tak lepas dari Ardi yang terlihat masih sedih, Aina duduk di sebelahnya. Disodorkannya kopi yang asapnya masih mengepul ke hadapan sang ayah. "Kopi, Yah?"
Ardi menengok ke samping, dia tersenyum, kemudian menerima kopi pemberian Aina.
Suasana hening, mereka saling diam, sesekali Ardi menyesap kopi di tangannya.
"Mungkin ini alasan kenapa Allah bikin dunia ini sementara, karena segalanya yang ada di bumi memang sementara. Kesedihan, kebahagiaan, kesakitan, semuanya fana. Dan sekarang, kita lagi ada di fase sedih, Yah." Tangan Aina menggenggam tangan sang ayah yang mulai keriput.
"Aku tahu Ayah terpukul karena kepergian Alisa. Gimana pun Alisa itu titipan Ibu."
"Ayah nyesel, nggak punya waktu buat Alisa. Ayah selalu sibuk ini-itu, sampai Ayah nggak tahu kalau dia punya masalah di kampusnya, dia punya temen sekejam temennya itu." Ardi bahkan enggan menyebutkan namanya. "Ayah nyesel karena udah gagal menjaga kalian. Ayah masih nggak bisa terima ini. Andai Ayah punya banyak waktu buat kalian, pasti kejadian ini nggak bakal terjadi. Pasti Alisa masih hidup."
"Semua ini udah jadi takdir Allah, Yah. Kita nggak bisa berandai-andai, Yah. Pasti ada hikmah di balik semua kejadian."
"Allah nggak bakal menguji manusia di luar batas kemampuannya. Di sini kita harus belajar untuk ikhlas."
"Ayah udah berusaha ikhlas, tapi kalau sampai detik ini pelakunya belum dihukum, Ayah belum bisa."
Aina menarik napas kemudian mengeluarkannya. "Lebih baik sekarang kita sholat, Yah. Tadi udah azan Isya. Biar bisa nenangin pikiran dan ngusir segala rasa khawatir. In syaa Allah, Allah juga bakal kasih kita jalan keluar."
"Sholat?"
Aina mengangguk. "Ada sebuah kutipan yang isinya begini : sebelum manusia dapat masalah, Allah udah punya jalan keluarnya. Jadi tugas kita cuma berusaha cari petunjuk sambil minta jalan yang terbaik sama Allah." Ia tahu, ayahnya jarang sekali mengerjakan salat.
Aina bukan dilahirkan dari keluarga paham agama yang kental, orang tuanya termasuk biasa-biasa saja dalam hal beribadah. Salat wajib jarang, tapi salat idul Fitri yang dilakukan setiap satu tahun sekali pasti dikerjakan. Puasa hanya sebatas bulan Ramadan, itu pun kadang batal dengan alasan lelah bekerja. Waktu lebih banyak dipakai untuk kepentingan dunia. Bekerja, bekerja, dan bekerja.
Lahir dari keluarga yang biasa saja tak lantas membuat Aina pasrah saja. Sebab Allah tak akan mengubah nasib seorang hamba jika hambanya tidak mau lebih dulu berusaha untuk mau berubah.
Sesuai dengan surat Ar-Rad ayat 11 dalam Alquran.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."
Berhijrah bukan hanya untuk yang lulusan pesantren saja. Berhijrah bukan hanya untuk yang lahir dari keluarga ustaz atau kyai saja. Berhijrah bukan hanya untuk kaum yang bergelar santri saja. Semuanya berhak untuk berubah menjadi lebih baik jika memang ingin. Bahkan jika terlahir dari seorang pelacur pun, anak yang tumbuh dari hasil perzinaan orang tuanya punya hak untuk menjadi manusia yang baik tanpa dilihat dari rahim siapa dia dilahirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Dress √
Ficção Geral[SPIN-OFF ADA SURGA DI MATAMU] cover by @adeliafell Setiap orang pasti menginginkan yang namanya memakai baju pengantin di hari pernikahan. Sepertinya itu adalah mimpi semua orang saat akan melangkah mengarungi bahtera rumah tangga. Termasuk mimpi s...