Bismillahirrahmanirrahim
✿_____✿_____✿
Awalnya sih marah ketika ditimpa masalah.
Tapi ketika berhasil melaluinya, akhirnya aku paham apa maksudnya yang membuatku berkata 'wah'.
Luar biasa Allah, ternyata Dia ingin aku berubah.✿_______________✿_______________✿
Setetes air mata Ardi turun membasahi pipi begitu selesai membaca diary putrinya yang tertulis banyak sekali curahan hati. Ada kegembiraan dan kedukaan, bercampur menjadi cerita yang mirip karya sastra dari penulis yang memang tengah merasakan dua rasa bertolak-belakang ini. Begitu dalam dan menusuk hati. Pria itu menangis sesenggukkan meratapi kematian sang putri. Mulai merasa bersalah karena tidak tahu luka yang dialami Alisa hingga ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Ya, Alisa bunuh diri. Diary ini sudah cukup membuktikan bahwa Alisa bunuh diri.
Waktu itu Ardi terlalu fokus pada kebahagiaan dan pernikahan Aina, hingga ia melupakan Alisa. Alisa yang terlihat baik-baik saja ternyata hanya topeng untuk menutupi perasaan asli.
Ia tidak menyangka putri bungsunya tega melenyapkan dirinya sendiri hanya karena ini.
"Alisa ... maafkan Papa, Nak. Maafkan Papa karena kurang memperhatikan kamu. Maafkan Papa...."
Sebagai seorang ayah, ke mana saja dia? Dia berkata sangat menyayangi Alisa, dia yakin Alisa dibunuh, bahkan sampai rela membunuh orang-orang yang tidak berhasil membuktikan kematiannya. Tapi dirinya sendiri malah tidak mengenal putrinya. Dia juga turut andil dalam kematian Alisa.
"Sekarang Om udah tahu, kan? Kalau saya sama sekali enggak membunuh Alisa. Bukan saya yang udah bunuh Alisa. Putri Om sendiri yang membunuh dirinya sendiri." Delia ikut sesak. Gara-gara pria di hadapannya, ia harus menanggung masalah dan duka yang bertubi-tubi. Ia seperti orang yang sedang merintis usaha dan beberapa kali mendapatkan kegagalan karena ulah orang lain.
"Dia bunuh diri, Om, dan itu karena kelalaian Om sendiri. Sejahat-jahatnya saya, saya nggak bakal tega bunuh orang. Om tahu kenapa Alisa mau berteman dengan saya? Mungkin dia masih bisa lihat sisi baik saya. Segalak-galak dan sebenci-bencinya saya sama dia, saya nggak bakal tega menghilangkan nyawanya.
"Om merugikan diri sendiri dengan cara membunuh orang sampai Om harus mendekam di penjara. Kesalahpahaman Om udah bikin konflik hidup kita menderita seperti sekarang. Om udah bikin hidup saya hancur. Om udah merenggut nyawa seseorang.
"Tapi terima kasih atas pelajaran hidup yang sangat besar ini, Om. Saya harap Om mendapatkan hukuman yang setimpal. Biarkan hukum yang bertindak. Kalau dulu Om ingin saya dihukum, sekarang giliran saya yang pengin agar Om dihukum. Seberat-beratnya."
Tiba di halaman dari kantor polisi, lutut Delia lemas.
Tuhan mendidik jiwanya terlalu keras.
Dituding sebagai pembunuh, dijauhi orang-orang, dibenci orang tua sendiri, lalu dipertemukan dengan Alden, Reyhan, dan Lena untuk membantunya bangkit.
Kemudian Allah ambil salah satu dari orang-orang baik itu untuk kembali mengujinya, untuk menaikkan level keimanan, untuk mengasahnya agar lebih kuat lagi.
Ia seperti anak SD yang diberi soal ujian SMA, dipaksa keadaan untuk mengerjakannya meski dengan tertatih dan sempat ingin menyerah. Tapi berkat keinginannya untuk bertahan, Delia berhasil membuktikan bahwa ia mampu menyelesaikannya, dibantu oleh orang yang lebih mahir pula. Orang-orang yang sudah mengalami banyak ujian hingga menjadikan mereka bijak untuk bisa menguatkan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Dress √
Fiksi Umum[SPIN-OFF ADA SURGA DI MATAMU] cover by @adeliafell Setiap orang pasti menginginkan yang namanya memakai baju pengantin di hari pernikahan. Sepertinya itu adalah mimpi semua orang saat akan melangkah mengarungi bahtera rumah tangga. Termasuk mimpi s...