Chapter 39 - Painful

2.4K 446 229
                                    

Sebelum baca coba jawab dulu pertanyaan ini :

Kalian pertama kali baca karyaku yang judul apa?

Yang paling kalian suka yang mana?

Kalian ketemu akun aku / ceritaku dari mana?

Udah deh segitu aja

Kepo ya, gpp dong sekali kali kepo :p

Bismillahirrahmanirrahim

✿_____✿_____✿

Tidak pernah kuduga sebelumnya, perjalanku mencintaimu akan mendapatkan akhir yang separah, semembekas, dan semenyakitkan begini lukanya.

✿_______________✿_______________✿

Pernah dikecewakan tapi tak pernah berhenti untuk berhusnuzon. Pernah jatuh tapi tak pernah menyerah dan selalu mencoba bangkit sambil membawa harapan lain. Pernah menangis tapi tetap tersenyum agar terlihat baik-baik saja. Begitulah gambaran manusia kuat yang berusaha bertahan dalam kejamnya dunia karena seringkali memberikan hal yang bertolak-belakang dengan keinginan.

Apa pun yang terjadi pasti ada hikmah yang bisa dipetik.

Namanya hidup, memang butuh perjuangan.

Termasuk berjuang untuk menyambut hari bahagia, yaitu menikah.

Gagal menikah dulu bukanlah akhir dari segalanya.

Ternyata Tuhan memiliki rencana lain.

Rencana yang berbeda jauh dari rencana sebelumnya.

Hanya tinggal beberapa jam lagi, dia akan menikah. Apa yang tertunda kini tiba waktunya terlaksana. Meski bukan dengan lelaki yang sama, tapi Aina bahagia, sebab Allah pasti sudah memberikan sosok yang terbaik dalam versinya.

Make up di wajah sudah selesai ditata.

Dalam pantulan cermin, Aina melihat wajahnya sudah dipoles make up. Bibirnya dilapisi lipstik warna tone cenderung nude, sementara bagian mata cenderung hitam bold. Untuk riasan bagian kepala dia hanya memakai pasmina putih yang dipadu dengan tile mutiara. Di atas kepalanya ada aksesoris mahkota yang cantik dengan tinggi standar.

Baju pengantin desain almarhumah mamanya akhirnya tersemat. Meski ada perbedaan karena ia pernah merusaknya, tapi Aina ingin menghargai Aska yang mau memperbaikinya.

"Masyaa Allah, cantiknya anak Ibu." Galiena duduk di sebelah Aina.

"Tapi kenapa wajahnya begitu? Ini kan
hari bahagia, Sayang?"

"Ada yang hilang, Bu," jawab Aina.

"Apa? Apa yang hilang?"

"Papa."

"Papa?"

"Aku kangen Papa. Andai Papa ada di sini, mungkin aku akan lebih bahagia. Dulu ... dulu impian Papa itu liat aku pakai gaun pengantin. Waktu Alisa meninggal, Papa serapuh itu karena pada akhirnya dia liat anaknya pakai kain kafan. Papa sedih karena anaknya mendahului dia.

"Sekarang ... sekarang aku udah pakai baju pengantin, tapi Papa udah nggak ada. Papa udah pergi jauh. Papa nggak bisa liat dua putrinya pakai baju pengantin. Andai Papa liat. Aku pasti lebih bahagia dari ini."

"Sstt, sttt ...." Galiena mengambil tisu kemudian menyeka air mata sang putri.

"Andai Papa ada di sini, liat putrinya yang udah dia rawat menikah, pasti Papa bahagia banget. Aku kangen Papa. Andai Papa nggak banyak bunuh orang. Papa pasti ada di sini."

Wedding Dress √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang