Chapter 37 - Wedding Dress

2.9K 452 210
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

✿_____✿_____✿

Menyerah dengan hati yang patah.
Mundur dengan harapan yang terkubur.
Bangkit melawan rasa sakit.
Berusaha ikhlas dengan sabar tak terbatas.

✿_______________✿_______________✿

Aina melempar cincin yang dibeli Alden sejauh mungkin di jembatan.

Benda itu melayang cukup jauh.

Sampai akhirnya cincin jatuh ke air, kemudian tenggelam, berbarengan dengan tenggelamnya semua cinta, kenangan, segala asa, dan rasa sakit.

Sekarang semuanya sudah selesai.

Sudah waktunya.

Menyerah dengan hati yang patah.
Mundur dengan harapan yang terkubur.

Ayo, Aina. Kamu bisa.

Bangkit melawan rasa sakit.
Berusaha ikhlas dengan sabar tak terbatas.

Mari kita buka lembaran baru.

Malam ini semuanya akan dimulai.

Aina akan dipertemukan dengan lelaki pilihan ayahnya. Sesuai dengan keinginannya.

Bukankah ini yang ia mau?

"Ayah udah ada, nih. Kebetulan, dia juga siap menikah Pekerjannya dosen."

"Agamanya in syaa Allah baik dan bisa bimbing kamu."

"Aina, Ayah nggak bakal asal-asalan pilihkan kamu jodoh."

Ya Allah, mau sebagus apa pun ayah mendeskripsikan sosok itu, aku tetap nggak bisa tertarik.

Aina mendongak, menatap langit, kemudian memejam, berupaya mendamaikan jiwa yang porak-poranda.

✿_______________✿_______________✿

"Hei? Kamu lagi ngapain? Yuk makan, Tante udah masak."

Delia yang tengah tengkurap di atas kasur segera menghapus air matanya.

"Tadi aku ketemu sama cowok yang mirip banget kayak Pak Reyhan, Tan. Beda, sih. Tapi mirip. Iih gimana, sih, jelasinnya. Jadi keinget lagi, kan, Tan.

"Emang, ya. Rasa kangen yang paling bikin sakit itu yaitu kangen sama orang yang udah beda alam sama kita.

"Mau dichat, nggak bakal dibaca, apalagi dibalas.

"Mau ditelfon juga mana bisa. Denger suaranya aja nggak bisa. Paling bisa liat wajahnya lewat foto doang."

"Jadi kamu lagi kangen sama Reyhan?"

"Iya, Tan, soalnya tadi, ketemu sama cowok yang mirip sama dia. Smpah, Tante, mirip Pak Reyhan. Namanya juga masa hampir sama. Tante mau tahu?"

"Siapa?"

"Raihan."

Lena memegang dadanya. "Masa iya?"

"Iya, Tan. Maka dari itu, aku jadi inget lagi sama Pak Reyhan."

Meski di kantor Delia terlihat tidak memiliki minat terhadap Raihan dan banyak mencacinya, tapi sebenarnya Delia diam-diam memperhatikannya, diam-diam menahan sakit karena dia mirip sekali dengan lelaki yang pernah singgah sebentar dalam hidupnya. Padahal sudah jelas berbeda. Hanya kacamatanya saja yang sama.

Dasar Delia.

Siapa yang tahu, bahwa setiap malam, Delia selalu teringat Reyhan yang membuatnya menangis lagi dan lagi.

Wedding Dress √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang