Chapter 23 - Alibi

1.7K 384 112
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

✿_____✿_____✿

Salah satu bentuk simpatik kepada orang yang baru ditinggalkan bukanlah ucapan nasihat berupa sabar, tapi membiarkan dia menangis, memaklumi kesedihannya.

✿_______________✿_______________✿

Terdengar suara ketukan pintu dari luar.

"Reyhan ...," lirih Lena, dia segera beranjak dari kasur.

Wanita itu berlari ke pintu utama, kemudian membuka pintu dengan semangat. "Rey ....."

Senyum di bibir Lena pupus saat apa yang ia lihat tak sesuai harapan.

"Tante ...." Pria itu tersenyum.

"Al ...."

"Iya, Tan. Selamat pagi."

"Pagi ...."

Melihat kondisi Lena membuat Alden iba. Pasti semalaman dia menangis. Itu sebabnya Alden datang kemari untuk menjenguk. Ia sudah tahu ibunya Reyhan akan seperti ini. Mulai hari ini Alden akan lebih sering berkunjung kemari. Banyak sekali hal yang sudah Alden lalui bersama Reyhan. Reyhan juga sudah banyak membantu dalam proses hijrah Alden. Maka sebagai gantinya, ia akan turut menjaga ibunya, berusaha menghibur meski tak akan berhasil. Kehilangan harta berharga dan satu-satunya bukanlah hal mudah untuk dijalani. Hidup Lena sudah sebatang kara.

"Silahkan masuk, Al ...."

"Ini, Tan, aku bawa bubur ayam. Tante belum makan, kan?"

"Jangan repot-repot, Al. Tante nggak laper."

Alden meletakkan kresek berisi bubur, kemudian masuk ke dapur. Mengambil mangkuk dan sendok.

Sekembalinya ia menuangkan bubur yang masih panas ke dalam mangkuk.

"Tante makan, ya. Nanti Tante sakit."

Tidak ada respons dari Lena. Selapar apa pun perutnya, rasa sakit di hati lebih mendominasi. Lapar tiada bandingan dengan rasa rindu yang kian menyiksa setiap detiknya.

"Reyhan bakal sedih kalau liat Tante begini. Makan, ya, Tan. Sedikit aja." Alden mengambil setengah sendok bubur, mendekatkannya ke mulut Lena. Pria itu mengangguk dengan tatapan memohon. Lena ingat pesan Reyhan di mimpinya yang meminta untuk makan agar perutnya tidak kosong. Detik berikutnya, akhirnya Lena membuka mulut, memakannya, kemudian mengemutnya di mulut sambil menahan tangis. Sesak di dada tak kunjung hilang, dan mungkin tidak akan pernah. Bubur yang masuk ke mulut seakan hilang rasa. Hambar.

Alden tidak protes atau melarang jika Lena mau menangis, ia paham perasaannya. Salah satu bentuk simpatik kepada orang yang baru ditinggalkan bukanlah ucapan nasihat berupa sabar, tapi membiarkan dia menangis, memaklumi kesedihannya.

Alden kembali menyuapi. Lena memakannya kembali.

Hati Alden ikut sakit. Dia tahu betapa Reyhan amat menyayangi ibunya. Dan kini ia malah meninggalkannya sendiri.

✿_______________✿_______________✿

Mobil Aska tiba di depan rumah Aina. Asisten dan penyidiknya mengikuti di belakang kala lelaki itu memasuki halaman rumah.

Aina yang ada di depan pintu mempertanyakan kehadiran Aska.

"Aska ini ada apa? Kok kamu datang sama tim kamu?"

"Maaf, Aina. Aku tahu kamu bakal nggak setuju. Tapi aku harus profesional." Kali ini Aska tidak akan menyembunyikan kesalahan papa Aina lagi.

"Maksudnya?"

Wedding Dress √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang